• Keliru: Narasi soal Kerusuhan Mei 1998 Tidak Spesifik Menyerang Keturunan Tionghoa

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/04/2025

    Berita

    Sebuah narasi beredar di Threads [arsip] yang menyatakan bahwa kerusuhan Mei 1998 di Indonesia tidak spesifik menyasar etnis Tionghoa. Dikatakan korban kekerasan saat itu 99 persen pribumi.

    Konten tersebut menyebut tidak ada hasil pemeriksaan forensik yang mendukung klaim banyak dari etnis Tionghoa yang menjadi korban di masa itu. Berikut narasi selengkapnya: “Kerusuhan Mei 1998 korban utamanya adalah 99% pribumi. Tidak ada korban spesifik etnis Tionghoa yg dapat ditelusuri otentisitas forensiknya. Jika ada pihak terus menerus framing menghubungkan rusuh Mei 98 sbg kekuatan rekayasa yg dikatakan untuk menargetkan (anti) etnis tertentu…”



    Namun, benarkah narasi yang mengatakan penyerangan dalam kerusuhan Mei 1998 tidak spesifik menyasar etnis Tionghoa?

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan informasi terkonfirmasi yang didapatkan dari sumber terbuka di internet, terbukti bahwa korban-korban kerusuhan Mei 1998 banyak yang dari etnis Tionghoa. Mereka mengalami pemerkosaan, kekerasan, pembunuhan, serta pencurian dan perusakan harta benda.

    Berikut sumber-sumber informasinya:

    Pada Juli 1998, pemerintah yang saat itu dipimpin Presiden BJ Habibie, membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pada Juli 1998 untuk menyelidiki kerusuhan Mei.

    Tim itu kemudian menghasilkan sekitar 100 lembar laporan berjudul “Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998,” yang dicetak dan diterbitkan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) pada November 1999. 

    Laporan TGPF menyatakan kerusuhan yang terjadi 13-15 Mei 1998 merupakan dampak dinamika sosial dan politik di periode sebelumnya. Pola kemunculan kerusuhan bervariasi mulai dari yang bersifat spontan, lokal, sporadis, hingga yang terencana dan terorganisir.

    Tim itu mendefinisikan korban kerusuhan Mei 1998 sebagai orang-orang yang telah menderita secara fisik dan psikis karena kerugian fisik/material seperti rumah atau tempat usaha dirusak atau dibakar dan hartanya dijarah. Sejumlah korban meninggal dunia saat terjadinya kerusuhan karena berbagai sebab terbakar, tertembak, teraniaya dan lain-lain. Ada pula yang kehilangan pekerjaan, penganiayaan, penculikan dan kekerasan seksual.

    Korban yang menderita kerugian material seperti penjarahan dan perusakan, paling banyak berasal dari etnis Cina. Sedangkan Korban kehilangan pekerjaan dari masyarakat biasa. Korban meninggal versi tim relawan mencapai 1.190 orang, sementara versi Polda dan Kodam Jakarta sekitar 600 orang.

    Jumlah korban perkosaan di Jakarta dan sekitarnya, Medan, serta Surabaya adalah 52 orang. Namun jumlah itu belum mencakup semua korban yang belum terdata. Pola perkosaan yang mencolok dan beberapa kali terjadi adalah pelaku melakukan secara berkelompok dan bergantian pada satu korban (gang rape).

    “Meskipun korban kekerasan tidak semuanya berasal dari etnis Cina, namun sebagian besar kasus kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998 lalu diderita oleh perempuan etnis Cina. Korban kekerasan seksual ini pun bersifat lintas kelas sosial,” tulis laporan itu.

    Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) mempublikasikan data bahwa pada tanggal 6 Mei 1998, kerusuhan di Medan, Sumatera Barat, meluas disertai sentimen rasial yang menyasar keturunan Tionghoa. Hal itu menyebabkan warga keturunan Tionghoa pergi menyelamatkan diri ke hotel-hotel di kawasan Danau Toba yang dijaga ketat oleh petugas keamanan.

    Awal Mula Kerusuhan 1998

    Dilansir Tempo, kerusuhan Mei 1998 didahului demonstrasi mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta Barat, yang menuntut diberlakukannya reformasi di tengah keresahan dan rasa frustasi masyarakat menghadapi krisis moneter 1997-1998. 

    Aksi demonstrasi yang awalnya damai itu berubah menjadi aksi kekerasan fisik di mana empat mahasiswa meninggal dunia karena tertembak atau ditembak. Hal itu meningkatkan kemarahan masyarakat pada Orde Baru yang kemudian menggelar aksi demonstrasi di berbagai daerah.

    Kerusuhan pada tanggal 14 Mei 1998 mulai menyasar warga etnis Tionghoa. Toko-toko mereka dijarah, dirusak, dibakar, bahkan penghuninya turut tewas terbakar. Perempuan-perempuan Tionghoa diserang secara fisik dan seksual. Saat itu juga, beredar narasi bohong yang menyatakan etnis Tionghoa-lah penyebab krisis moneter yang diderita rakyat.

    Satu dekade setelah kerusuhan 1998

    Setelah 10 tahun berlalu, pada tahun 2008 Komnas Perempuan membentuk Tim Pelapor Khusus untuk mendokumentasikan pernyataan dari para korban perkosaan dalam kerusuhan Mei 1998 yang bersedia menceritakan kembali pengalaman pahit mereka, keluarga, dan para pendamping korban.

    Para korban, keluarga, bahkan tenaga kesehatan yang merawat mereka, mendapat ancaman dan dipaksa untuk tidak membahas kekerasan yang mereka alami di depan publik. Hal itu menyebabkan mereka memutuskan terus bungkam. 

    Di sisi lain, pihak-pihak tertentu mempertanyakan kenapa mereka tidak lapor polisi, bahkan meragukan adanya kekerasan dalam kerusuhan Mei 1998. Hal ini semakin menyudutkan para korban, karena seolah-olah kasus-kasus itu tak terungkap karena kesalahan mereka juga.

    Dalam program pendokumentasian itu, para korban, keluarga, saksi, pendamping dan petugas kesehatan yang menangani korban menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan dalam kerusuhan Mei 1998, kebanyakan menyasar keturunan Tionghoa.

    Setelah 22 tahun, penelitian Eunike Mutiara Himawan yang saat itu berstatus PhD candidate, The University of Queensland, Australia, melalui survei juga mengungkapkan korban kekerasan Mei 1998 masih terluka batin dan kenangan buruk mereka kerap terpantik saat mendengar adanya kerusuhan lagi.

    Di sisi lain, anggapan sebagian masyarakat yang secara keliru mengatakan penyebab krisis moneter tahun 1997-1998 adalah etnis Tionghoa juga belum hilang. Hal ini juga menghalangi orang-orang keturunan Tionghoa untuk melepas trauma masa kelam tersebut.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan etnis Tionghoa tidak spesifik menjadi korban kerusuhan Mei 1998 adalah klaim yang keliru. 

    Korban yang menderita kerugian material seperti penjarahan dan perusakan, paling banyak berasal dari etnis Cina. Demikian juga sebagian besar kasus kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998 lalu, diderita oleh perempuan etnis Cina.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Keliru: Video Restoran di Nigeria Menjual Menu Daging Manusia

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/04/2025

    Berita

    SEBUAH video dengan klaim restoran di Nigeria yang menyajikan menu daging manusia, diunggah sejumlah akun media sosial seperti Facebook [arsip] dan Instagram.

    Video tersebut memperlihatkan dua tubuh manusia diikat pada sebatang kayu seperti sate dibakar di atas bara api. Bilah kayu diputar-putar layaknya memasak kambing guling.



    Benarkah restoran di Nigeria menjual menu daging manusia?

    Hasil Cek Fakta

    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa video itu bukan menu daging manusia di sebuah restoran di Nigeria. Faktanya, gambar dalam video tersebut merupakan set Halloween yang dipentaskan di taman hiburan Chimelong Ocean Kingdom di Zhuhai, Tiongkok.

    Tempo memverifikasi dengan bantuan Google Lens dan mesin pencarian Google. Hasilnya, video tersebut sudah beredar sejak tahun 2018 lalu. Set yang sama dapat dilihat dalam klip yang dibagikan akun Instagram Galaxychimelong pada tanggal 31 Oktober 2018. Akun Galaxy Chimelong, merupakan bagian dari Chimelong Group yang memiliki dan mengelola taman hiburan di Tiongkok.



    Fullfact.org pernah memeriksa video serupa pada 19 Desember 2024. Video lain yang dibagikan oleh "majalah mikro" Tiongkok pada tanggal 17 Oktober 2018, juga menunjukkan pengunjung sedang memeriksa pameran yang sama, yang jelas-jelas tidak nyata. Postingan tersebut menautkan ke situs web yang mempromosikan "area bertema Halloween" di Chimelong Ocean Kingdom. 

    Selain itu, rangkaian yang sama juga muncul dalam montase video yang dibagikan di YouTube SviatMe pada 27 Oktober 2018 dengan judul: “Pesta Halloween di Taman Laut Chimelong | Zhuhai, Tiongkok”.

    Ini bukan pertama kalinya video tersebut diberi judul yang salah. Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar berbahasa Mandarin Sin Chew, video tersebut dibagikan dengan klaim yang menunjukkan sebuah restoran di Nigeria yang ditutup karena menyajikan daging manusia. Video tersebut juga dibagikan dengan klaim yang menunjukkan kanibalisme di Haiti, menurut pemeriksa fakta di India.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa restoran di Nigeria menjual menu daging manusia adalah keliru.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Beragam Hoaks Undian Berhadiah Mengatasnamakan Bank Lampung

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/04/2025

    Berita

    tirto.id - Selama Ramadhan 2025, beredar sejumlah unggahan di media sosial yang menarasikan adanya undian berhadiah mengatasnamakan beberapa bank. Baru-baru ini, Tirto menemukan sebuah unggahan Facebook dengan narasi pendaftaran program Ramadhan Penuh Berkah 2025 yang mencatut nama Bank Lampung.

    “PROMO RAMADHAN Pernuh Berkah 2025! Khusus Nasabah Bank Lampung yang sudah mempunyai Bank Lampung Festival Berhadiah Hadir lagi jangan lewatkan kesempatan Anda untuk memenangkan hadiah undian Bank Mandiri Berhadiah, Ayo buruan Daftar dan Raih hadiah menarik sebagai apresiasi dari Bank Lampung ingat nasabah tidak dipungut biaya apapun tinggal klik,

    (DAFTAR SEKARANG) Dibawah,” begitu tulis unggahan akun "Bank Lampung-menandai anda sebagai pemenang undian berhadiah ramadhan" (arsip) pada 8 Maret 2025 lalu.

    Unggahan tersebut mengklaim ada beragam hadiah untuk pemenang undian, termasuk unit mobil Toyota Alphard, BMW, Mitsubishi Pajero Sport, rumah, hingga umrah gratis.

    Nasabah diarahkan untuk menekan tautan di bagian akhir yang mengarahkan ke situs lain. Sampai dengan Jumat (21/3/2025), unggahan media sosialnya sendiri telah mengumpulkan sekitar 34 tanda suka dan empat komentar.

    Kami juga menemukan unggahan terkait program undian berhadiah dari Bank Lampung dari akun "Undian Berhadiah Bank Lampung" (arsip) dan "Bpd Lampung2025" (arsip). Dua unggahan terakhir mengumpulkan tanda suka dan komentar yang lebih banyak, mencapai ratusan.

    Isi kolom komentar unggahan-unggahan tersebut terbagi, ada yang mempercayai isinya dan berusaha mendaftar dan ada yang menyebut narasi tersebut adalah hoaks.

    Lalu, bagaimana faktanya? Apakah benar tautan di media sosial tersebut mengarahkan ke undian berhadiah dari Bank Lampung?

    Hasil Cek Fakta

    Tirto mencoba mengakses tautan-tautan pendaftaran tersebut. Sayangnya, tautan tersebut justru mengarahkan ke halaman situs tidak bisa diakses.

    Kami juga mencoba melakukan pemindaian situs menggunakan perangkat URLScan.io. Hasilnya, mengatakan situs tersebut mengarahkan ke situs dengan domain appnet-promo.my.id. Situs tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan situs resmi Bank Lampung, https://www.banklampung.co.id.

    Lebih lanjut, kami juga menemukan unggahan berikut dari akun Instagram @bpd_lampung. Meski akun ini tidak bercentang biru, tanda verifikasi, akun Instagram ini terhubung dengan situs resmi Bank Lampung.

    Berdasar keterangan unggahan dari Bank Lampung, modus pendaftaran di Facebook ini adalah penipuan. "HATI-HATI PENIPUAN mengatasnamakan Bank Lampung, selalu cek kebenarannya melalui akun Instagram resmi Bank Lampung (@bpd_lampung) dan Telepon Resmi 1500575," begitu tulis keterangan dalam unggahan. Terlihat juga unggahan di Facebook yang dimaksud serupa dengan temuan kami.

    Informasi lain dari situs resmi Bank Lampung menyebut adanya modus penipuan yang mengarahkan nasabah membuka tautan ke situs lain. Modus ini sudah ada sejak tahun 2023 lalu. "Nasabah diharapkan untuk lebih cermat, Karena penipuan ini menggunakan akun yang menyerupai nama akun media sosial Bank Lampung. Akun resmi Bank Lampung adalah @bpd_lampung," bunyi keterangan dari Bank Lampung.

    Mereka juga memberi peringatan agar tidak membuka tautan mencurigakan. Bank Lampung juga mengatakan tidak pernah meminta nasabah untuk membuka link promo. "Jangan memasukkan data pribadi, kode OTP sampan Password atau PIN anda," tambah pesan dari informasi Bank Lampung tersebut.

    Model unggahan mengatasnamakan undian dari Bank Lampung juga sudah banyak beredar sebelumnya. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pernah memberi label hoaks untuk modus penipuan yang mengarahkan nasabah melakukan pendaftaran lewat tautan yang tersebar di media sosial tersebut.

    Narasi penipuan di media sosial mengatasnamakan bank juga bukan hanya dialami oleh Bank Lampung. Tirto sempat menemukan sejumlah narasi serupa yang menyangkut lembaga perbankan lain.

    Kesimpulan

    Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan tautan undian mengatasnamakan Bank Lampung yang tersebar di media sosial Facebook bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

    Tautan yang ada di situs mengarahkan ke situs yang tidak terkait dengan Bank Lampung. Selain itu pihak Bank Lampung, lewat unggahan di media sosial dan situs resminya, telah menegaskan kalau modus seperti ini adalah penipuan.

    ===

    Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.

    Rujukan

    • Tirto.id
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Salah, Video Penangkapan Dalang Pembakaran Foto Prabowo-Gibran

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/04/2025

    Berita

    tirto.id - Pada awal Maret lalu, cuplikan penangkapan mahasiswa berseliweran di media sosial X. Sebuah akun X bernama @zy_zy_lestary (arsip) mengklaim video ini merupakan dokumentasi penangkapan dalang di balik pembakaran foto Presiden Prabowo Subianto, dan wakilnya, Gibran Rakabuming Raka.

    Klip itu memperlihatkan lebih dari 10 orang memakai kaos tahanan berwarna oranye. Mereka tampak berjalan menyusuri halaman kantor polisi. Kemudian di bagian akhir video muncul dua orang pria berseragam polisi terlihat sedang mengumpulkan barang bukti.

    “Manthaaaap ‼️❗ Indonesia berbenah ❤🇲🇨. Ini negara Demokrasi...tapi jangan lupa kalau negara ini juga negara hukum..bedakan mana kritik mana menghina dan mencaci. Kalian pikir pak prabowo sediem pak jokowi??,” tulis akun pengunggah dalam cuitan yang menyertai videonya.

    Per Selasa (25/3/2025), klip yang diunggah pada Minggu (2/3/2025) ini sudah ditonton sebanyak 85 ribu kali dan disimpan oleh 24 pengguna X lainnya. Impresinya juga tak kalah ramai, yakni mencapai 436 tanda suka, 86 repost, dan 253 komentar.

    Narasi serupa dengan video berbeda juga diketahui beredar di Facebook dan diunggah oleh akun bernama “Guspa Basiran”. Cuplikan ini menampilkan rekaman polisi dengan tulisan "RESMOB" di bagian punggung sedang mengeluarkan laki-laki berhoodie hitam dari sebuah mobil.

    Pertanyaannya, benarkah narasi penangkapan dalang pembakaran foto Prabowo-Gibran dengan video yang beragam ini?

    Hasil Cek Fakta

    Tim Riset Tirto mula-mula menyaksikan video X dari awal sampai akhir. Setelah itu, kami mencoba mengambil tangkapan layar salah satu frame dan menyalinnya ke alat telusur gambar, Google Image. Dari situ Tirto menemukan artikel Berita Satu dengan header foto identik.

    Isi berita itu bukan tentang penangkapan mahasiswa yang jadi dalang pembakaran foto Prabowo-Gibran, melainkan penetapan tersangka 13 mahasiswa Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas Medan.

    Tirto lalu melakukan penelusuran lanjutan dengan memasukkan kata kunci “13 mahasiswa Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas Medan ditetapkan menjadi tersangka karena melakukan tawuran” ke mesin perambah Google.

    Hasilnya, kami menjumpai video dengan durasi lebih panjang diunggah kanal YouTube Tribun MedanTV. Disebutkan dalam keterangan videonya bahwa Unit Reskrim Polsek Medan Sunggal menangkap 13 mahasiswa Unika Santo Thomas Medan buntut bentrokan sesama mahasiswa yang terjadi pada Kamis 5 Desember 2024 lalu, di Jalan Melati Raya, Kelurahan Sempakata, Medan Selayang, Kota Medan.

    Kapolsek Medan Tembung Kompol Bambang Gunanti Hutabarat mengatakan, mereka yang ditahan merupakan mahasiswa Unika Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian.

    "Berdasarkan hasil pemeriksaan yang kita lakukan terhadap para mahasiswa yang kita amankan, maka 13 orang yang kami amankan ditetapkan sebagai tersangka," kata Kompol Bambang Gunanti Hutabarat, Senin (9/12/2024).

    Tirto tak menjumpai adanya sumber resmi maupun sumber berita kredibel yang melaporkan soal penangkapan dalang pembakaran foto Prabowo-Gibran. Klaim ini justru sudah dinyatakan tidak benar oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

    Sementara itu, video polisi dengan tulisan "RESMOB" yang berlalu-lalang di Facebook identik dengan siaran kanal YouTube tvOneNews bertajuk “Debt Collector Bentak Polisi, Sempat Ancam Bunuh Sopir”. Rekaman yang dipublikasikan pada 23 Februari 2023 itu sama sekali tak berkaitan dengan penangkapan dalang pembakar foto Prabowo-Gibran.

    Kesimpulan

    Hasil penelusuran fakta menunjukkan bahwa video dengan klaim dalang pembakaran foto Prabowo-Gibran ditangkap bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

    Klip itu identik dengan siaran kanal YouTube Tribun MedanTV tentang 13 mahasiswa Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas Medan yang ditetapkan menjadi tersangka karena melakukan tawuran.

    Unit Reskrim Polsek Medan Sunggal menangkap mahasiswa tersebut buntut bentrokan sesama mahasiswa yang terjadi pada Kamis 5 Desember 2024 lalu, di Jalan Melati Raya, Kelurahan Sempakata, Medan Selayang, Kota Medan.

    Tirto tak menjumpai adanya sumber resmi maupun sumber berita kredibel yang melaporkan soal penangkapan dalang pembakaran foto Prabowo-Gibran. Klaim ini justru sudah dinyatakan tidak benar oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

    Rujukan

    • Tirto.id
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini