• Keliru: Video Richard Lee Promosikan Situs Judi Online Miliknya

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/03/2025

    Berita

    SEBUAH video beredar di Facebook [arsip] yang memperlihatkan dokter kecantikan, Richard Lee, mempromosikan situs judi online (judol) miliknya.

    Video yang diunggah tanggal 9 Maret 2025 itu memperlihatkan Richard Lee berbaju putih menyampaikan ingin berbagi atau bersedekah melalui situs yang bernama Ayu89. Mereka yang bermain di situs Ayu89, dia akan memberikan jackpot senilai Rp3-7 juta rupiah. Keinginan tersebut diamini oleh pendakwah Felix Siauw dan Derry Sulaiman.



    Namun, benarkah Richard Lee mempromosikan situs judol miliknya?

    Hasil Cek Fakta

    Hasil cek fakta Tempo menunjukkan, video saat Richard Lee berbicara tentang judi online adalah hasil rekayasa teknologi kecerdasan buatan.

    Tempo memverifikasi video itu menggunakan Google Lens, penelusuran YouTube, serta alat deteksi deepfake.

    Video versi asli yang memperlihatkan Richard Lee berbaju putih, pendakwah Felix Siauw dan Derry Maulana itu ditemukan di akun YouTube dr. Richard Lee, MARS berjudul “Download Exclusive - Ternyata Jadi Islam Itu Berat?! Auto Log Out?!” yang diunggah  pada 5 Maret 2024.

    Dalam video itu, Richard berbincang-bincang dengan kedua ustadz tersebut terkait tema “Frustasi Ujian Hidup”. Potongan video di atas, identik dengan video di detik ke-59 hingga menit ke-1:39.



    Pada awal video hingga detik ke-16, video unggahan di atas masih menggunakan suara asli. Namun pada detik berikutnya hingga akhir, video berdurasi 1 menit 24 detik tersebut sudah mengandung konten deepfake.

    Pemindaian menggunakan Hivemoderation.com mendapatkan kesimpulan bahwa 99,9 persen video yang beredar di Facebook itu dibuat menggunakan mesin AI atau mengandung konten deepfake.



    Penipuan online dengan menggunakan konten deepfake banyak mencatut sosok atau tokoh publik cukup meresahkan. Tempo pernah mengulas bahaya hoax penipuan berkedok tokoh publik tersebut di sini.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klim video Richard Lee mempromosikan situs judol miliknya bernama Ayu89 adalah keliru.

    Video merupakan hasil rekayasa menggunakan AI-generated audio.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Keliru: Video yang Diklaim Sebagai Tsunami

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/03/2025

    Berita

    SEBUAH video beredar di Facebook [arsip] yang memuat klaim tentang adanya gelombang tsunami. 

    Video itu menayangkan gulungan ombak dengan air berwarna cokelat. Sebuah anak panah menunjuk pada orang yang berada di gulungan ombak tersebut. Pria lainnya berbaju merah terlihat merekam arah gelombang datang. “Dikira ombak biasa ternyata tsunami,” tulis akun pengunggah konten.



    Video yang diunggah pada 11 Januari 2025 sudah ditonton 18 juta kali dan disukai 132 ribu pengguna. Lalu, benarkah ini tsunami?

    Hasil Cek Fakta

    Setelah memverifikasi video tersebut, Tempo menemukan fakta bahwa video tersebut bukan peristiwa tsunami.

    Tim Cek Fakta Tempo mendapatkan petunjuk dari kolom komentar yang menyebut perairan tersebut di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Gelombang besar yang terlihat di video, disebut bukan tsunami, melainkan ombak bono. 

    Petunjuk kedua, saat mengecek video dengan lebih detail, pria yang terlihat di dalam gulungan ombak sedang berselancar karena menggunakan papan selancar. 

    Dengan petunjuk tersebut, Tempo kemudian mencari video sejenis dengan kata kunci mengenai ombak bono di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Hasilnya, potongan yang beredar di Facebook itu, dipotong dari video yang ditayangkan di kanal YouTube Membayang TV berjudul Tsunami River Tidal Wave Seven Ghost (Tidal Bore) yang diunggah pada 18 November 2024. 



    Pemilik akun Membayang TV juga mengunggah potongan videonya pada awal Desember 2024 di akun TikTok @membayangtv di sini dan sini. Pada video tersebut ia menyertakan lokasi video, yaitu di Oges Beach Meranti Bay Pelalawan Regency.

    Lokasi Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. (Google Maps)

    Dikutip dari laman Media Center Pemerintah Provinsi Riau, Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, mengatakan ombak bono terjadi ketika arus sungai dan arus laut beradu. Terdapat pertemuan tiga arus di mulut muara, yaitu dari Sungai Kampar, Selat Malaka, dan Laut China Selatan. Gelombang besar di sungai ini terjadi bersamaan dengan pasang naik dan pasang surut dengan ketinggian puncak gelombang mencapai 4-6 meter, yang umumnya bisa disaksikan pada Februari hingga Maret dan Oktober hingga Desember. "Jadi kalau sekali datang, Bono akan muncul 2 kali dalam sebulan," kata Roni.

    Ombak bono menempuh jarak sejauh 50 hingga 60 kilometer menyisir sepanjang daerah aliran sungai (DAS) dengan kecepatan rata-rata 40 kilometer per jam. Ketinggian ombak akan semakin mengecil menjadi 70 sentimeter sampai satu meter apabila semakin jauh dari muara. Ombak bono dapat mecapai panjang 200 meter sampai dua kilometer mengikuti lebar sungainya, tidak seperti ombak besar di laut.

    Ombak besar setinggi empat sampai lima meter yang mirip dengan gelombang tsunami disertai dentuman keras dihasilkan oleh turbulensi. Ini terjadi ketika arus melewati celah yang makin menyempit dan dangkal dari DAS Kampar. Arus tersebut akan bergerak semakin cepat sehingga terjadi benturan besar karena bertemu dengan aliran sungai. Sekitar dua jam lamanya, bono akan terus menerjang sepanjang DAS dan semakin melemah saat jalur sungai membelok.

    Meskipun gelombang bono besar, tapi bukan dikategorikan sebagai tsunami. Dikutip dari laman Perserikatan Bangsa-bangsa, tsunami adalah serangkaian gelombang yang bergerak dengan panjang dan periode yang sangat panjang, biasanya disebabkan oleh gangguan yang terkait dengan gempa bumi yang terjadi di bawah atau di dekat dasar laut.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa video gelombang besar menghantam daratan  sebagai tsunami adalah keliru.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Video Bulan Dihantam Asteroid, Bagaimana Faktanya?

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/03/2025

    Berita

    tirto.id - Baru-baru ini, di jagat maya, berlalu lalang video yang diklaim sebagai peristiwa asteroid menghantam Bulan. Akun Instagram bernama “putraalegregenjeh” (arsip) membagikan klip ini dengan durasi tak sampai dua menit.

    Dalam video tampak sebuah visual bulat mirip Bulan, yang ditabrak oleh benda luar angkasa. Hantaman itu kemudian menciptakan lingkaran cahaya di langit yang terlihat berwarna putih terang.

    Akun pengunggah turut membubuhkan keterangan dalam cuplikan tersebut, berbunyi “VIRALL!!! FENOMENA ALAM, TERJADI PERISTIWA DETIK DETIK PLANET BULAN DI HANTAM OLEH ASTORID”.

    Selama lima hari beredar di Instagram, yakni dari Jumat (7/3/2025) sampai Rabu (12/3/2025), unggahan ini telah ditonton sebanyak 847 ribu kali, dan memperoleh 5.065 likes serta 639 komentar.

    Klip serupa juga dijumpai di Facebook dan diberi keterangan berbahasa Inggris, seperti “Moon hit by Asteroid caught on camera”, yang berarti “Bulan dihantam asteroid yang tertangkap kamera”.

    Beberapa akun Facebook yang menyebarkan klaim itu di antaranya yakni akun “Tech Buddies” dan “Experiment Knowledge”.

    Pertanyaannya, benarkah video dengan klaim fenomena asteroid menghantam Bulan pada Maret 2025?

    Hasil Cek Fakta

    Tim Riset Tirto mencoba menelusuri berita dan sumber kredibel, salah satunya dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA.

    Dengan mencoba memasukkan beberapa kata kunci di mesin perambah Google, di antaranya “moon hit by an asteroid in march 2025” dan “bulan dihantam asteroid”, kami tak menemukan adanya laporan yang mengonfirmasi.

    Asteroid sendiri merupakan benda berbatu kecil yang mengorbit matahari. Meskipun asteroid mengorbit matahari seperti planet, ukurannya jauh lebih kecil ketimbang planet.

    Sejumlah fenomena astronomi memang akan menghiasi langit selama bulan Maret 2025, tapi Tirto tak menemukan soal berita adanya fenomena asteroid menghantam Bulan.

    Dinukil dari situs NASA, pada tanggal 13-14 Maret mendatang, akan ada Gerhana Bulan Total, di mana Bulan berubah menjadi bola merah tua selama beberapa jam pada tanggal 13 Maret hingga 14 Maret (tergantung pada zona waktu).

    Selain itu juga bakal ada bulan purnama pada tanggal 14 Maret 2025, dan bulan baru pada tanggal 29 Maret. Bulan baru adalah saat sisi gelap Bulan menghadap ke Bumi.

    Namun, tak ada berita kredibel yang membenarkan informasi yang beredar terkait asteroid yang menabrak bulan.

    Video serupa juga sudah dinyatakan tidak benar oleh beberapa lembaga pemeriksa fakta, salah satunya USA Today.

    Seorang profesor ilmu komputer dari Northwestern University, V.S. Subrahmanian dan peneliti pascadoktoral, Marco Postiglione, menemukan sejumlah tanda yang membuktikan kalau video yang berlalu lalang kemungkinan merupakan hasil manipulasi digital.

    Beberapa petunjuk itu antara lain asteroid yang tampak meledak sebelum menghantam bulan dan gelombang kejut melewati awan di langit secara tidak wajar. Video yang diperkecil setelah benturan juga dikatakan menunjukkan bahwa klip tersebut disunting setelah direkam.

    Adapun suara ledakan yang lebih pelan daripada suara alarm dan gonggongan anjing juga disebut menunjukkan kalau audio tersebut telah diedit.

    Meskipun hantaman asteroid jarang terjadi, bulan dibombardir oleh meteoroid yang lebih kecil setiap hari, dan bukan hal yang aneh jika dampak tersebut bisa terlihat dari Bumi tanpa teleskop.

    Menurut siaran pers NASA, pada 17 Maret 2013 silam, sebuah objek dengan lebar kurang dari 2 kaki menabrak Bulan saat melaju sekitar 56.000 mph. Hal itu menyebabkan ledakan yang setara dengan 5 ton TNT (senyawa kimia sebagai bahan peledak).

    “Siapa pun yang melihat bulan pada saat terjadi tabrakan dapat melihat ledakan tersebut – tidak perlu teleskop,” begitu bunyi siaran tersebut. “Selama sekitar satu detik, lokasi tumbukan bersinar seperti bintang berkekuatan empat.”

    NASA juga memuat video di situsnya yang menunjukkan kilatan serupa yang disebabkan oleh tumbukan di bulan.

    Mengutip informasi dari situs The Planetary Society (organisasi nirlaba di AS yang fokus pada isu astronomi), jika asteroid besar menghantam bulan, ia akan membuat kawah yang cukup besar dan melontarkan material dari permukaan, tetapi kerusakannya hanya sampai di situ. Tidak ada asteroid di tata surya yang cukup besar untuk memecah bulan atau menjatuhkannya dari orbitnya.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, tidak ada sumber kredibel maupun berita dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang mengonfirmasi adanya peristiwa asteroid menghantam Bulan pada Maret 2025.

    Video serupa juga sudah dinyatakan tidak benar oleh beberapa lembaga pemeriksa fakta. Seorang profesor ilmu komputer dari Northwestern University, V.S. Subrahmanian dan peneliti pascadoktoral, Marco Postiglione, menemukan sejumlah tanda yang membuktikan kalau video yang berlalu lalang kemungkinan merupakan hasil manipulasi digital.

    Beberapa petunjuk itu di antaranya asteroid tampak meledak sebelum menghantam bulan dan gelombang kejut melewati awan di langit secara tidak wajar.

    Jadi, bisa disimpulkan kalau video dengan klaim Bulan dihantam asteroid bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

    Rujukan

    • Tirto.id
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Hoaks! Tautan kompensasi Rp1,5 juta bagi korban "blending" BBM

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/03/2025

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan di Instagram menarasikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) membuka posko pengaduan untuk masyarakat yang kendaraannya terkena dampak dari blending BBM khususnya pengguna Pertamax akan mendapat kompensasi sebesar Rp1,5 juta.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “LBH BUKA POS PENGADUAN KORBAN PERTAMAX OPLOSAN

    PERTAMAX ANGANTE KLAIM KOMPENSASI DARI PT.PERTAMINA (Persero)”

    Namun, benarkah tautan kompensasi bagi korban blending BBM tersebut?



    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Hasil Cek Fakta

    ANTARA membuka tautan yang disertakan di profil Instagram pengunggah. Saat membuka tautan tersebut, pengguna diminta untuk mengisi data diri seperti nama yang sesuai dengan KTP dan nomor telepon aktif yang terhubung dengan telegram. Tautan tersebut merupakan bentuk phising yang mencuri data pribadi.

    Waspadai tautan phising yang disebarkan melalui sosial media maupun aplikasi perpesanan dengan narasi bahwa penerima pesan berhak menerima bantuan sosial. Pengirim pesan tersebut akan mengarahkan penerimanya ke sebuah tautan untuk memeriksa status bantuan sosial yang didapatkan.

    Tim CSIRT Kota Tangerang menganalisa tautan yang dikirim di aplikasi perpesanan merupakan tautan phising. Alamat IP dari domain yang diperiksa terdeteksi sebagai malware.

    Setelah memasukkan nama, nomor telepon dan klik tombol cek status, sebuah form tambahan yang meminta korban untuk memasukkan Kode OTP akan muncul.

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Jika korban melanjutkan untuk memasukkan kode OTP karena hal ini dapat membuat akun telegram korban diambil alih. Hal ini memungkinkan attacker mengambil alih akun telegram korban dan memanfaatkannya untuk tujuan yang berbahaya seperti menyebarkan kembali tautan phishing, penipuan mengatasnamakan korban, dan lainnya.

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2025

    Rujukan

    • ANTARA News
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini