KOMPAS.com - Situs berita CNN Indonesia diklaim memberitakan bahwa terjadi sebuah ledakan di rumah mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.
Namun, setelah ditelusuri konten tersebut merupakan hasil manipulasi. Konten itu hoaks dan informasinya palsu.
Narasi yang mengeklaim CNN Indonesia memberitakan soal ledakan di rumah Terawan muncul di media sosial, salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, dan ini.
Akun tersebut membagikan video yang menampilkan presenter CNN Indonesia Ferdi Ilyas sedang mewawancarai Terawan.
Ferdi menyebutkan, ledakan itu diduga terjadi karena Terawan melontarkan kritik terhadap sebuah perusahaan farmasi.
[HOAKS] CNN Indonesia Beritakan Ledakan di Rumah Terawan
Sumber:Tanggal publish: 09/01/2025
Berita
Hasil Cek Fakta
Sampai saat ini tidak ada informasi kredibel soal adanya ledakan di rumah Terawan.
Setelah ditelusuri, diketahui bahwa video tersebut identik dengan unggahan di kanal YouTube CNN Indonesia pada 29 Oktober 2019.
Video itu berjudul "Menanti Gebrakan Menkes Terawan ; Blak-blakan Menkes Terawan".
Dalam video aslinya, presenter CNN Indonesia, Ferdi Ilyas mewawancarai Terawan soal gebrakannya sebagai Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Maju pada tahun 2019.
Tidak ada pembahasan soal ledakan di rumah Terawan.
Kemudian Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek suara presenter Ferdi Ilyas dan Terawan dalam video menggunakan Hive Moderation.
Hasilnya, suara tersebut terdeteksi dihasilkan oleh artificial intelligence (AI).
Suara Ferdi Ilyas dalam video memiliki probabilitas 99 persen dihasilkan AI.
Sementera suara Terawan memiliki probabilitas 98 persen dihasilkan AI.
Setelah ditelusuri, diketahui bahwa video tersebut identik dengan unggahan di kanal YouTube CNN Indonesia pada 29 Oktober 2019.
Video itu berjudul "Menanti Gebrakan Menkes Terawan ; Blak-blakan Menkes Terawan".
Dalam video aslinya, presenter CNN Indonesia, Ferdi Ilyas mewawancarai Terawan soal gebrakannya sebagai Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Maju pada tahun 2019.
Tidak ada pembahasan soal ledakan di rumah Terawan.
Kemudian Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek suara presenter Ferdi Ilyas dan Terawan dalam video menggunakan Hive Moderation.
Hasilnya, suara tersebut terdeteksi dihasilkan oleh artificial intelligence (AI).
Suara Ferdi Ilyas dalam video memiliki probabilitas 99 persen dihasilkan AI.
Sementera suara Terawan memiliki probabilitas 98 persen dihasilkan AI.
Kesimpulan
Video yang mengeklaim CNN Indonesia memberitakan soal ledakan di rumah Terawan merupakan hasil manipulasi.
Video aslinya berisi wawancara soal gebrakan yang akan dilakukan Terawan pada 2019 ketika ia masih menjabat Menteri Kesehatan. Sampai saat ini tidak ada informasi valid soal adanya ledakan di rumah Terawan.
Video aslinya berisi wawancara soal gebrakan yang akan dilakukan Terawan pada 2019 ketika ia masih menjabat Menteri Kesehatan. Sampai saat ini tidak ada informasi valid soal adanya ledakan di rumah Terawan.
Rujukan
- https://www.facebook.com/61553799459462/videos/583617357715519/?rdid=A41EvBgMozn7gtKI
- https://www.facebook.com/61550026146251/videos/1153423619467089/?rdid=sWNqK04D0bisTXoj
- https://www.facebook.com/61559979184077/videos/1694842158074382/?_rdc=2&_rdr
- https://www.youtube.com/watch?v=SsHjCjpM8-c&ab_channel=CNNIndonesia
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Kasus HMPV di China dan Potensi Pandemi
Sumber:Tanggal publish: 08/01/2025
Berita
KOMPAS.com - Beredar narasi mengenai lonjakan kasus infeksi virus baru di China yang disebut mirip Covid-19.
Narasi itu mengeklaim, virus baru tersebut berpotensi menimbulkan pandemi sama seperti pandemi Covid-19.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu perlu diluruskan.
Narasi lonjakan kasus infeksi virus baru di China yang berpotensi menyebabkan pandemi dibagikan oleh akun Facebook ini pada Selasa (7/1/2024).
Berikut narasi yang dibagikan:
RS CHINA KEWALAHAN! TANGANI VIRUS BARU, BAKAL PANDEMI LAGI? NGERI, INI 2 JENIS VIRUSNYA!
Sementara, akun lain membagikan narasi sebagai berikut pada Senin (6/1/2024):
Virus Mirip Covid-19 Meledak dan Menyebar Cepat di China Berpotensi Pandemi Lagi 2025?
Screenshot Klarifikasi, penjelasan kasus HMPV di China dan potensi pandemi
Narasi itu mengeklaim, virus baru tersebut berpotensi menimbulkan pandemi sama seperti pandemi Covid-19.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu perlu diluruskan.
Narasi lonjakan kasus infeksi virus baru di China yang berpotensi menyebabkan pandemi dibagikan oleh akun Facebook ini pada Selasa (7/1/2024).
Berikut narasi yang dibagikan:
RS CHINA KEWALAHAN! TANGANI VIRUS BARU, BAKAL PANDEMI LAGI? NGERI, INI 2 JENIS VIRUSNYA!
Sementara, akun lain membagikan narasi sebagai berikut pada Senin (6/1/2024):
Virus Mirip Covid-19 Meledak dan Menyebar Cepat di China Berpotensi Pandemi Lagi 2025?
Screenshot Klarifikasi, penjelasan kasus HMPV di China dan potensi pandemi
Hasil Cek Fakta
Terkait dengan pemberitaan tentang peningkatan kasus HMPV di China, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa informasi tersebut kurang benar.
Ia pun telah mengonfirmasi hal itu kepada Pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut dia, peningkatan kasus flu biasa terjadi di negara dengan empat musim. Itu termasuk negara China yang juga mengalami musim dingin.
"Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV, melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar," ucap Budi, seperti diberitakan Kompas.id, Senin (6/1/2025).
Budi mengatakan bahwa HMPV atau Human Metapneumovirus berbeda dengan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.
Virus Covid-19 saat awal ditemukan merupakan jenis virus baru. Sementara, HMPV sudah ditemukan pada 2001 dan memiliki sifat yang mirip dengan flu.
Menurut dia, penemuan virus HMPV yang merebak di China juga dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Ia pun meminta masyarakat tidak panik karena virus ini bukan virus baru.
"HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia. Kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa laboratorium ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV," tuturnya.
HMPV, kata Budi, memiliki sifat yang mirip dengan flu. Sistem imunitas tubuh manusia sudah lama mengenal virus HMPV sehingga umumnya bisa merespons penyakit ini dengan baik.
Sementara itu, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menuturkan, HMPV kurang berpotensi menjadi pandemi karena tingkat penularannya lebih lambat dan tingkat keparahan penyakitnya secara umum lebih ringan daripada Covid-19.
Penularan HMPV juga diperkirakan tidak akan semasif Covid-19 yang menular ke banyak negara dunia sejak muncul pertama kali di China pada 2019.
"Meskipun terjadi mutasi dan HMPV mudah menginfeksi, kemampuan infeksinya masih di bawah SARS-COV-2 penyebab Covid-19," kata Dicky, seperti diberitakan Kompas.com, 3 Januari 2025.
Ia pun telah mengonfirmasi hal itu kepada Pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut dia, peningkatan kasus flu biasa terjadi di negara dengan empat musim. Itu termasuk negara China yang juga mengalami musim dingin.
"Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV, melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar," ucap Budi, seperti diberitakan Kompas.id, Senin (6/1/2025).
Budi mengatakan bahwa HMPV atau Human Metapneumovirus berbeda dengan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.
Virus Covid-19 saat awal ditemukan merupakan jenis virus baru. Sementara, HMPV sudah ditemukan pada 2001 dan memiliki sifat yang mirip dengan flu.
Menurut dia, penemuan virus HMPV yang merebak di China juga dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Ia pun meminta masyarakat tidak panik karena virus ini bukan virus baru.
"HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia. Kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa laboratorium ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV," tuturnya.
HMPV, kata Budi, memiliki sifat yang mirip dengan flu. Sistem imunitas tubuh manusia sudah lama mengenal virus HMPV sehingga umumnya bisa merespons penyakit ini dengan baik.
Sementara itu, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menuturkan, HMPV kurang berpotensi menjadi pandemi karena tingkat penularannya lebih lambat dan tingkat keparahan penyakitnya secara umum lebih ringan daripada Covid-19.
Penularan HMPV juga diperkirakan tidak akan semasif Covid-19 yang menular ke banyak negara dunia sejak muncul pertama kali di China pada 2019.
"Meskipun terjadi mutasi dan HMPV mudah menginfeksi, kemampuan infeksinya masih di bawah SARS-COV-2 penyebab Covid-19," kata Dicky, seperti diberitakan Kompas.com, 3 Januari 2025.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi lonjakan kasus infeksi virus baru di China berpotensi menyebabkan pandemi baru perlu diluruskan.
HMPV berbeda dengan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.Virus Covid-19 saat awal ditemukan merupakan jenis virus baru, sementara HMPV sudah ditemukan pada 2001.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, prevalensi HMPV di China berada di peringkat tiga. Sedangkan kasus infeksi yang naik adalah H1N1 atau virus flu biasa.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman juga menuturkan, HMPV kurang berpotensi menjadi pandemi karena tingkat penularannya lebih lambat dan tingkat keparahan penyakitnya secara umum lebih ringan daripada Covid-19.
HMPV berbeda dengan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.Virus Covid-19 saat awal ditemukan merupakan jenis virus baru, sementara HMPV sudah ditemukan pada 2001.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, prevalensi HMPV di China berada di peringkat tiga. Sedangkan kasus infeksi yang naik adalah H1N1 atau virus flu biasa.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman juga menuturkan, HMPV kurang berpotensi menjadi pandemi karena tingkat penularannya lebih lambat dan tingkat keparahan penyakitnya secara umum lebih ringan daripada Covid-19.
Rujukan
- https://www.facebook.com/suksesdotcom/posts/pfbid02X9j2xnKYPNPqStyPcgKWswE33x6mRzLtMcHLx32qDPgygYdxYQiWTK2zb5W9VSpAl
- https://www.facebook.com/aulia.shope.549/posts/pfbid0GazASNLxt4AMrFe8RfwopEWJZqo3Yy9BUSrcV79hq4o7Q4wh1QRL7mWCZYwP6pnWl
- https://www.kompas.id/artikel/kasus-hmpv-ditemukan-di-indonesia-semua-kasus-ditemukan-pada-anak-anak
- https://www.kompas.com/tren/read/2025/01/03/063000065/mewabah-di-china-dan-jepang-apakah-penularan-hmpv-semasif-covid-19-?page=1
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
Keliru, Video Kericuhan yang Diklaim Terkait Merebaknya HMPV di Cina
Sumber:Tanggal publish: 09/01/2025
Berita
Sebuah video beredar di Instagram [ arsip ] dan X yang diklaim sebagai kericuhan di Cina karena meningkatnya jumlah kasus infeksi virus Human Metapneumovirus (HMPV).
Video itu memperlihatkan sejumlah orang berseragam hazmat bertuliskan ‘POLICE’ menarik beberapa orang untuk dipaksa masuk ke dalam sebuah area gedung. Dikatakan hal itu berkaitan dengan virus HMPV yang menyerang Cina. “Virus HMPV menyerang Tiongkok. Virus ini bukan semacam COVID tapi gejala hampir sama dengan COVID. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan..Amin.”
Namun, benarkah video itu memperlihatkan kericuhan di Cina karena merebaknya HMPV?
Hasil Cek Fakta
Tempo memverifikasi narasi tersebut menggunakan layanan reverse image searchdari mesin pencari Yandex. Hasilnya, video itu tidak terkait dengan menyebarnya virus HMPV di Cina.
Video yang beredar sesungguhnya tidak memperlihatkan kericuhan karena peningkatan jumlah kasus HMPV di Cina baru-baru ini. Video itu keributan yang terjadi dari pelaksanaan strategiZero COVID di Cina tahun 2022, sebagaimana diberitakan CNN.com.
Strategi tersebut berupa peningkatan pembatasan untuk mencegah penularan Covid-19 yang menimbulkan kelaparan bagi sejumlah warga. Sebagian masyarakat memberontak atas perpanjangan masa penguncian (lock down) tersebut.
Dilansir Tempo, Menteri Kesehatan atau Menkes Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa HMPV bukan virus berbahaya seperti Covid-19. Gejalanya lebih mirip flu biasa.
“HMPV itu mematikan?Enggak. Coba di-Google saja. HMPV itu fatality rate-nya mungkin sulit ditemukan karena sangat-sangat rendah,” ujarnya Kamis, 9 Januari 2025.
Dia juga mengatakan bahwa keberadaan virus HMPV sudah lama diketahui, yakni sejak tahun 2001. Demikian juga keberadaannya di Indonesia, sudah terjadi lama. Pasien-pasien yang tercatat terinfeksi HMPV pun telah sembuh.
Selain itu, karena keberadaannya yang sudah lama, maka sistem imun tubuh manusia pun telah mengenali dan berlatih melawannya. Tidak seperti Covid-19 yang baru muncul pada akhir 2019, sehingga sistem kekebalan tubuh banyak orang masih lemah untuk menghadapinya.
Diduga Sudah Beredar 60 Tahun
Dalam artikel “ Human metapneumovirus - what we know now ” tahun 2018, HMPV adalah virus yang diidentifikasi oleh peneliti Belanda tahun 2001. Penemuan itu menggunakan sampel nasofaring dari 28 anak dengan penyakit pernafasan.
Meski begitu, lewat studi retrospektif (penelitian yang menggunakan data yang sudah ada untuk menganalisis peristiwa yang telah terjadi di masa lalu), menunjukkan jumlah individu yang memiliki antibodi hMPV tinggi di antara manusia pada tahun 1958 di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa virus tersebut telah beredar dalam populasi manusia setidaknya dalam kurun 66 tahun.
Selain itu, dua studi di Kanada yang mendeteksi adanya HMPV dalam spesimen yang dikumpulkan dari pasien dengan penyakit pernapasan antara tahun 1993 dan 2001.
Kemudian sebuah studi di AS mendeteksi adanya HMPV dalam spesimen yang diambil dari pasien dalam rentang waktu 1976-2001.
Setelah penemuan HMPV di Belanda pada tahun 2001, kelompok penelitian lain di seluruh dunia juga melaporkan keberadaan virus ini dalam sampel klinis, termasuk di Amerika Utara, Australia, dan Eropa. Penelitian berikutnya berhasil mengidentifikasi lima jenis varian dari HMPV yakni A1, A2a, A2b, B1, dan B2, yang berdasarkan variasi nukleotida pada gen G, gen yang paling bervariasi sehubungan dengan identitas sekuens antara strain HMPV.
Varian A2b dianggap menjadi yang paling dominan pada pasien yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia, pertama kali terdeteksi di Spanyol, kemudian Jepang, Kroasia, dan Cina, yang menunjukkan bahwa varian baru ini mungkin menjadi varian yang dominan di seluruh dunia.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang menyatakan video yang beredar merupakan kericuhan yang terjadi di Cina disebabkan peningkatan jumlah kasus infeksi HMPV adalah klaimkeliru.
Video itu kejadian tahun 2022 di Cina saat terjadi pandemi Covid-19. Di sisi lain, virus HMPV merupakan jenis virus yang berbeda dengan Covid-19.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/DEhuHWAPuvc/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://mvau.lt/media/734080c2-541e-46c2-b24e-20df950e7e1e
- https://x.com/Anlik_Analiz/status/1877093940156846394
- https://us.cnn.com/2022/11/21/china/china-covid-first-deaths-six-months-intl-hnk/index.html
- https://www.tempo.co/politik/menkes-budi-gunadi-tekankan-hmpv-bukan-virus-mematikan-seperti-flu-biasa-1191799
- https://f1000research.com/articles/7-135/v1
- https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0168170202002563
- https://www-mdpi-com.translate.goog/1999-4915/14/4/677?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp /cdn-cgi/l/email-protection#6003050b06010b14012014050d100f4e030f4e0904
Keliru, Klaim bahwa Pemberian Vaksin HPV Pada Anak Supaya Seks Bebas Aman
Sumber:Tanggal publish: 09/01/2025
Berita
Sebuah video yang beredar di Tiktok [ arsip ] , Facebook, dan X [ arsip ], memuat klaim bahwa pemberian vaksin HPV kepada anak perempuan kelas 5 SD untuk melegalkan seks bebas saat mereka dewasa.
“Masyarakat jangan seneng, ya, anak-anak itu diberikan vaksin HPV. Itu maksudnya adalah membiarkan anak-anak melakukan seks bebas. Ketika mereka dewasa, karena sudah dibekali vaksin HPV. Ini kebijakan untuk merusak generasi muda. Memberikan vaksin HPV, memberikan alat kontrasepsi secara gratis untuk anak usia remaja. Lihat ini kebijakan ngawur yang dibuat sistem demokrasi,” kata seorang perempuan dalam video itu.
Benarkah pemberian vaksin HPV supaya seks bebas aman?
Hasil Cek Fakta
Hasil pemeriksaan fakta Tempo menunjukkan bahwa pemberian vaksin HPV tidak bertujuan untuk melegalkan seks bebas. Vaksin tersebut justru untuk mencegah seseorang terinfeksi virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks.
Human papillomavirus (HPV) adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit dan selaput lendir yang berpotensi menyebabkan kutil kelamin dan kanker serviks. Penyebab infeksi HPV adalah virus human papillomavirus tipe 6,11,16, dan 18, serta dapat menyerang siapa saja, baik pria (20-24 tahun) maupun wanita (16-19 tahun).
Infeksi virus HPV dapat menular melalui aktivitas seksual, memiliki luka terbuka di area kulit dan kerap berbagi barang pribadi dengan orang lain seperti handuk, sapu tangan, atau kaus kaki.
Dikutip dari badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk perlindungan anak, UNICEF, lebih dari 95 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus. Kanker serviks merupakan kanker keempat yang paling umum terjadi pada wanita di seluruh dunia dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi.
Pada tahun 2022, sekitar 350.000 wanita meninggal karena kanker serviks dan sekitar 660.000 kasus baru muncul. Afrika Sub-Sahara, Amerika Tengah, dan Asia Tenggara memiliki tingkat kematian akibat kanker serviks tertinggi.
Menurut data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021, kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker payudara, yaitu sebanyak 36.633 kasus atau 17,2% dari seluruh kanker pada wanita. Jumlah ini memiliki angka kematian yang tinggi sebanyak 21.003 kasus atau 19,1% dari seluruh kematian akibat kanker. Apabila dibandingkan angka kejadian kanker serviks di Indonesia pada tahun 2008, terjadi peningkatan dua kali lipat.
Peneliti virologi dan vaksinologi dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, M.Si, mengatakan vaksinasi HPV justru untuk mencegah seseorang terinfeksi virus HPV, sama seperti imunisasi lain yang melindungi dari penyakit tertentu. Vaksinasi tidak mendorong ke arah perilaku tertentu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata dia, merekomendasikan vaksinasi HPV dilakukan antara usia 11-12 tahun. “Vaksin HPV paling efektif diberikan sebelum seseorang terpapar virus, yaitu sebelum memasuki usia dewasa atau sebelum memiliki aktivitas seksual,” kata Arif.
Menurut dia, keluarga tetap memiliki peran utama dalam mendidik anak-anak tentang nilai-nilai moral dan kesehatan. “Vaksinasi adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai masyarakat untuk menjaga kesehatan generasi muda,” tegasnya.
UNICEF menyebut lebih dari 130 negara telah mengintegrasikan vaksin HPV ke dalam jadwal imunisasi rutin mereka, tetapi itu saja belum cukup. Jutaan wanita dan anak perempuan, yang sebagian besar tinggal di negara-negara termiskin di dunia, masih kekurangan akses ke vaksin, skrining, dan pengobatan yang dapat menyelamatkan hidup mereka.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa klaim pemberian vaksin HPV supaya seks bebas aman adalahkeliru.
Vaksinasi HPV dapat melindungi anak kita dari kanker tertentu di kemudian hari.
Rujukan
- https://www.tiktok.com/@ekalastri333/video/7412231301492903173?q=vaksin%20hpv&t=1736131787640
- https://mvau.lt/media/02d30d69-908c-4668-a90a-4cf68a3a1304
- https://www.tiktok.com/@ekalastri333/video/7412231301492903173?q=vaksin%20hpv&t=1736131787640
- https://www.facebook.com/reel/932375742185028
- https://x.com/Boediantar4/status/1874662522038739110
- https://perma.cc/SBY4-NC6H
- https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-hpv
- https://www.unicef.org/stories/fast-facts-hpv-cervical-cancer
- https://fk.ui.ac.id/berita/tingginya-angka-kejadian-kanker-serviks-di-indonesia-dipengaruhi-cakupan-skrining-yang-rendah.html /cdn-cgi/l/email-protection#1073757b76717b64715064757d607f3e737f3e7974
Halaman: 54/6226