• [SALAH] Pengumuman KPU Sebelum tanggal 22 Mei Tidak Sah

    Sumber:
    Tanggal publish: 30/07/2019

    Berita

    Beredar gambar dengan narasi yang menyebutkan bahwa penetapan hasil pemilu dan pilpres 2019 pada 21 Mei 2019 dini hari adalah tidak sah. Salah satu penyebarnya adalah akun OlloNg Roji’in Ahmad ( facebook.com/ollong.ahmad ) di grup Penggemar Rocky Gerung (facebook.com/groups/973608109430611 ).

    Narasi lengkap sebagai berikut :

    “Pengumuman kpu tadi malam TIDAK SAH karena :
    1. Dilakukan sebelum waktu penetapan yang sebenarnya yaitu tgl 22 Mei 2019.
    2. Perubahan waktu pengumuman dari tgl 22 ke 21 Mei tidak pernah diinformasikan secara tertulis dan terbuka kepada kedua paslon.
    3. Perubahan waktu itu tanpa persetujuan kedua paslon.
    Untuk itu :
    1. Pengumuman wajib diulang pada tgl sesuai penetapan awal yaitu tgl 22 Mei 2019.
    2. Adakan rapat terbuka dan disiarkan oleh tv.
    Bila tidak :
    1. Pemilu dianggap batal.
    2. Paslon 01 di diskualifikasi dan KPU dibubarkan serta diproses hukum.
    3. Paslon 02 otomatis dinyatakan sebagai pemenang.”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Undang-Undang No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum telah mengatur batas waktu pengumuman hasil pemilu oleh penyelenggara pemilu. Aturan itu tertuang dalam Pasal 413 ayat 1 yang berbunyi:

    KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional dan hasil perolehan suara Pasangan Calon, perolehan suara partai politik untuk calon anggota DPR, dan perolehan suara untuk calon anggota DPD paling lambat 35 (tiga puluh lima) hari setelah hari pemungutan suara.

    Ketentuan paling lambat 35 hari tersebut jatuh pada 22 Mei 2019. Artinya, KPU punya batas waktu sampai tanggal 22 Mei 2019 untuk menetapkan hasil Pemilu secara nasional beserta hasil perolehan suara pasangan calon dan partai politik.

    Dengan demikian, penetapan rekapitulasi hasil pemilu 2019 oleh KPU pada 21 Mei 2019 sekitar pukul 02.00 WIB, masih berada dalam rentang waktu yang ditetapkan undang-undang.

    Melalui akun resminya di Twitter, KPU RI telah menjawab narasi yang berkembang di media sosial tersebut.

    “KPU tetapkan hasil pemilu sudah sesuai amanah UU No.7 Tahun 2017. Tanggal 22 Mei 2019 adalah batas akhir, dan penetapan tanggal 21 Mei 2019 sudah sesuai jadwal, bahkan lebih cepat sehari dari batas akhir,” tulis KPU.

    KPU tetapkan hasil pemilu sudah sesuai amanah UU No.7 Tahun 2017. Tanggal 22 Mei 2019 adalah batas akhir, dan penetapan tanggal 21 Mei 2019 sudah sesuai jadwal, bahkan lebih cepat sehari dari batas akhir #KPUmelayani#Pemilu2019pic.twitter.com/PFXLnK4HON

    Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ilham Saputra mengatakan tidak ada yang aneh dengan pengumuman perolehan suara Pemilu 2019 yang berlangsung pada dini hari tadi. Ia menjelaskan hal itu terjadi lantaran proses rekapitulasi suara tingkat nasional baru selesai dini hari.

    “Tidak ada yang janggal. Ketentuan undang-undang (pengumuman perolehan suara) paling lambat 35 hari (setelah pencoblosan), jatuhnya tanggal 22 Mei 2019. Tapi karena rekap provinsi dan luar negeri sudah selesai, maka kami tuntaskan malam tadi,” katanya lewat pesan singkat kepada Tempo, Selasa, 21 Mei 2019.

    Berdasarkan rekapitulasi yang dilakukan KPU, pasangan calon nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf mendapat 85.607.362 suara atau sebesar 55,50 persen. Sedangkan, pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno mendapat 68.650.239 suara atau sebesar 44,50 persen. Adapun, total jumlah sah pada pemilu presiden 2019 mencapai 154.257.601.

    Setelah ditetapkan, KPU memberikan waktu 3×24 jam kepada peserta pemilu untuk mengajukan sengketa hasil ke Mahkamah Konstitusi (MK). Jika dalam waktu 3×24 jam atau hingga tanggal 24 Mei tidak ada yang mengajukan sengketa, maka KPU mempunyai waktu tiga hari untuk menetapkan pasangan calon presiden dan wakil presiden serta penetapan perolehan suara parpol dan para calegnya.

    Disetujui dua saksi paslon

    Kedua saksi pasangan calon presiden 2019 dan beberapa saksi dari partai politik peserta pemilu 2019 hadir dalam rekapitulasi hasil pemilu oleh KPU pada 21 Mei dini hari. Bahkan menurut Komisioner KPU, Ilham Saputra, proses yang berlangsung hingga dini hari tersebut turut dihadiri saksi dari para peserta pemilu, termasuk perwakilan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

    Menurut Ilham, rapat pleno penghitungan suara yang berlangsung hingga malam dan tidak diskors telah mendapat persetujuan dari seluruh pihak yang hadir. “Kan, disetujui oleh para saksi. Nggak ada pemaksaan. Semua sudah selesai rekap provinsi maupun luar negeri,” ujarnya seperti dilaporkan Tempo.

    Sejumlah media memberitakan, bahwa saksi dari kubu paslon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kemudian menolak menandatangani hasil rekapitulasi tersebut.

    “Penolakan ini sebagai monumen moral bahwa kami tidak menyerah untuk melawan kecurangan, kebohongan, kesewenangan-wenangan, melawan ketidakadilan. Sekaligus pada saat bersamaan, juga untuk melawan tindakan apa saja yang akan mencederai demokrasi,” kata saksi dari kubu Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Aziz Subekti di ruang sidang KPU, Jakarta Pusat, Selasa 21 Mei 2019.

    Selain itu, sejumlah saksi dari partai politik juga menolak hasil rekapitulasi KPU untuk pemilihan legislatif. Beberapa partai yang menyatakan menolak hasil rekapitulasi pemilu legislatif adalah, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Berkarya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerindra.

    Saksi dari Partai Amanat Nasional Fikri Yasin mengatakan partainya menolak menandatangani hasil pileg untuk Provinsi Papua karena masih ada daerah pemilihan yang masih dipermasalahkan. “Jadi sebagaimana ada teman yang lain, kami belum bisa tanda tangan,” kata Fikri.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [HOAKS] Data Resmi TNI Tunjukan Kemenangan Prabowo Pada Pilpres 2019

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 30/07/2019

    Hasil Cek Fakta

    Beredar Artikel di blog dan media sosial bernama pettrok.blogspot.com yang diberi judul “Menurut Data Resmi TNI, Prabowo Sudah Menang, Tidak Perlu Ada Pemilu Ulang!”.

    Setelah ditelusuri foto tersebut pada alamat situs milik TNI Angkatan Darat yakni tniad.mil.id. Dalam artikel milik TNI AD tersebut dijelaskan bahwa Korem 162/WB siap membantu pengamanan dalam Pemilu, baik Pemilihan Legislatif maupun Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 di wilayah Nusa Tenggara Barat. Hal tersebut disampaikan oleh Danrem 162 Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani, saat melaksanakan kunjungan kerja ke Komisi Pemilihan Umum KPU Provinsi NTB pada Minggu 6 Januari 2019.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] “Moeldoko: Pendukung Prabowo yg tidak mau mengakui kemengan Jokowi harus di tangkap”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 30/07/2019

    Berita

    “Moeldoko: Pendukung Prabowo yg tidak mau mengakui kemengan Jokowi harus di tangkap…!!!”

    “Seribu persen pendukung prabowo tidak mengakui kemenangan hasil kecurangan…..
    Yuukk aahh….kita ngakak bareng2…ngoahahahaaa….????????????????
    Ape loooo boong….”

    Hasil Cek Fakta

    Tangkapan layar hasil suntingan, TIDAK ADA artikel Tribun yang menggunakan judul tersebut. Selain itu, 11 Juli 2019 adalah hari Kamis, bukan Sabtu.

    Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [BERITA] Kapolri Sebut Rotasi Perwira Tinggi di Polri adalah Hal Biasa

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/05/2019

    Berita

    Rotasi di Korps Bhayangkara kembali dilakukan. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, mutasi merupakan hal biasa di instansi tersebut. "Mutasi ini rutin, kali ini dipicu oleh dua orang yang pensiun. Dilakukan pergantian sesuai dengan apa yang saya anggap cakap untuk melakukan itu," kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (2/5/2019).
    Perwira Tinggi Polri yang dirotasi saat ini yaitu Brigjen Pol Rudolf Alberth Rodja menjabat sebagai Kapolda Papua menggantikan Irjen Pol Pol Martuani Sormin, yang dimutasi menjadi Asops Kapolri. Rudolf sebelumnya berposisi sebagai Kapolda Papua Barat dan kini ia digantikan oleh Brigjen Pol Herry Rudolf Nahak yang sempat menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri. Kapolda Jawa Barat saat ini adalah Irjen Pol Rudy Sufahriadi. Ia menggantikan Irjen Pol Agung Budi Maryoto yang kini menjabat sebagai Kabaintelkam Polri. Irjen Pol Condro Kirono dilantik sebagai Kabaharkam Polri yang sebelumnya merupakan Kapolda Jawa Tengah. Kapolda Jawa tengah saat ini dijabat oleh Irjen Pol Rycko Amelza. Irjen Pol Achmat Juri yang sebelumnya merupakan Kapolda Nusa Tenggara Barat kini menjabat sebagai Gubernur Akpol. Ia digantikan oleh Brigjen Pol Nana Sujana. Jabatan Irwasum diserahkan dari Komjen Pol Putut Eko Bayuseno kepada Komjen Pol Moechgiyarto. Putut dimutasi sebagai Pati Polri dalam rangka pensiun. Jabatan Kabaintelkam diserahkan dari Komjen Pol Unggung Cahyono kepada Irjen Pol Agung Maryoto. Unggung dimutasikan sebagai Pati Polri dalam rangka pensiun. Mutasi ini terdaftar dalam Telegram Kapolri Nomor ST/1202/IV/KEP/2019 yang ditandatangani AS SDM Kapolri Irjen Pol Eko Indra Heri S bertanggal 26 April 2019.
    Dilansir dari kompas.com, Kepala Biro Penerangan Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan dilakukannya promosi serta tour of area dan tour of duty dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.

    Hasil Cek Fakta

    Rujukan

    • Tirto.id
    • Kompas
    • 2 media telah memverifikasi klaim ini