Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri bersama Direktorat Keamanan Khusus Badan Intelijen Keamanan mengungkap sindikat penyebar isu-isu provokatif di media sosial. Penangkapan dilakukan di beberapa tempat pada Senin (26/2/2018). Adapun keempat tersangka yang ditangkap adalah ML di Tanjung Priok, RSD di Pangkal Pinang, RS di Bali, dan Yus di Sumedang. Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen (Pol) Fadil Imran mengatakan, para pelaku tergabung dalam grup WhatsApp “The Family MCA (Muslim Cyber Army)”.
Konten-konten yang disebarkan pelaku meliputi isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia, penculikan ulama, dan mencemarkan nama baik presiden, pemerintah, hingga tokoh-tokoh tertentu. Tidak hanya itu, pelaku juga menyebarkan konten berisi virus pada orang tertentu. Fadil mengatakan, para tersangka dijerat dengan dugaan menyebar ujaran kebencian kepada orang lain berdasarkan diskriminasi SARA.
[BERITA] “Polri Bongkar Grup “The Family MCA”, Sindikat Penyebar Isu Provokatif”
Sumber: Media DaringTanggal publish: 27/02/2018
Berita
Hasil Cek Fakta
Rujukan
[HOAKS] “Terjadi Lagi Pembunuhan Terhadap Muadzin”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 27/02/2018
Berita
“Terjadi lagi pembunuhan terhadap Muadzin…..
Inalillahi…
Almarhum Bapak Bahron, Dibunuh pada tanggal 15/02/2018, di desa sindang, kec cikijing majalengka.
semoga almarhum Husnul khotimah….
Bukti nyata bahwa pemerintah saat ini gagal Total menjaga keamanan dan stabilitas Negara.
Masih mau 2 priode.
#ngimpi”
Inalillahi…
Almarhum Bapak Bahron, Dibunuh pada tanggal 15/02/2018, di desa sindang, kec cikijing majalengka.
semoga almarhum Husnul khotimah….
Bukti nyata bahwa pemerintah saat ini gagal Total menjaga keamanan dan stabilitas Negara.
Masih mau 2 priode.
#ngimpi”
Hasil Cek Fakta
Polisi menangkap seorang wanita berinisial TAW (40) yang menyebarkan hoax di media sosial tentang dibunuhnya muazin di Majalengka oleh orang gila. TAW juga diketahui anggota dari Muslim Cyber Army (MCA). Direktur Reserse Kriminal Polda Jabar Kombes Umar Surya Fana, menuturkan kasus bermula saat adanya informasi di medsos Facebook yang ditulis akun Tara Dev Sams pada Sabtu (17/2) lalu. Ia menulis berita yang isinya soal muazin dianiaya orang diduga gila.
TAW menulis di postingan Facebook-nya:
“SIAPA KEMAREN YANG KEPANASAN SUARA ADZAN ?? dan seorang Muadzin jadi korban (yang katanya) orang gila. Innalillahi wa innailahi Rojiun, nama beliau bpk Bahron seorang muadzin di desa sindang kec. Cikijing. Majalengka Jawa Barat. Modus perampokan disertai pembunuhan…Mungkin kah orang gila lagi pelakunya?
KEBENARAN AKAN MENEMUKAN JALANNYA DAN ITULAH KEPEDIHAN BAGI PARA PENCIPTA & PEMAIN SANDIWARA INI.. ALLAH MAHA MEMBALAS…aamiin,” tulis TAW berdasarkan data Polres Majalengka.”
Dari hasil penyidikan, polisi memastikan tidak ada korban muazin dan pelaku orang gila. Namun unggahan TAW di Facebook telah membuat resah warga Majalengka.
TAW menulis di postingan Facebook-nya:
“SIAPA KEMAREN YANG KEPANASAN SUARA ADZAN ?? dan seorang Muadzin jadi korban (yang katanya) orang gila. Innalillahi wa innailahi Rojiun, nama beliau bpk Bahron seorang muadzin di desa sindang kec. Cikijing. Majalengka Jawa Barat. Modus perampokan disertai pembunuhan…Mungkin kah orang gila lagi pelakunya?
KEBENARAN AKAN MENEMUKAN JALANNYA DAN ITULAH KEPEDIHAN BAGI PARA PENCIPTA & PEMAIN SANDIWARA INI.. ALLAH MAHA MEMBALAS…aamiin,” tulis TAW berdasarkan data Polres Majalengka.”
Dari hasil penyidikan, polisi memastikan tidak ada korban muazin dan pelaku orang gila. Namun unggahan TAW di Facebook telah membuat resah warga Majalengka.
Kesimpulan
Narasi yang digunakan berbeda dengan versi narasi dari kasus yang sudah ditangani oleh pihak yang berwenang, hasil dari penyidikan kasus tersebut terbukti hoaks:
“Dari hasil penyidikan, polisi memastikan tidak ada korban muazin dan pelaku orang gila. Namun unggahan TAW di Facebook telah membuat resah warga Majalengka.”
“Dari hasil penyidikan, polisi memastikan tidak ada korban muazin dan pelaku orang gila. Namun unggahan TAW di Facebook telah membuat resah warga Majalengka.”
Rujukan
[HOAKS] “Cacing Hidup di Sarden” [HOAX] “Living Worm in Sardine”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 27/02/2018
Berita
“Jangan beli ini sardin buatan baru tadi saja kawan beli mahu makan satu kawan buka tuang di piring banyak cacing hidup baru saja kawan dia empo sama saya.”
“Do not buy this new sardine my friend just bought it about to eat open pour to the plate many live worms friend just info it to me.”
“Do not buy this new sardine my friend just bought it about to eat open pour to the plate many live worms friend just info it to me.”
Hasil Cek Fakta
Cacing tidak akan bertahan hidup melalui proses pengalengan produk tersebut: “Ayam Brand bagaimanapun mengklarifikasi bahwa klip video yang beredar adalah tipuan. Dikatakan bahwa tidak mungkin cacing bertahan pada suhu tinggi dan tekanan sterilisasi makanan kaleng.”
Worms wil not be able to survive through the product canning process: “Ayam Brand has however clarified that the video clip being circulated is hoax. It said that it is impossible for worms to survive the high temperatures and pressure of canned food sterilisation.”
Worms wil not be able to survive through the product canning process: “Ayam Brand has however clarified that the video clip being circulated is hoax. It said that it is impossible for worms to survive the high temperatures and pressure of canned food sterilisation.”
Rujukan
[SALAH] Artikel Tempo Berjudul “Jokowi : Korban Meninggal itu sudah Takdir Jangan di Perpanjang lagi”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 08/05/2019
Berita
Sebuah postingan sebuah akun atas nama Ade Ade menampilkan tangkapan layar portal berita Tempo (tempo.co) dengan judul “Jokowi : Korban Meninggal itu sudah Takdir Jangan di Perpanjang lagi.” Postingan itu sudah dibagikan 1,8 ribu kali dan ditambah dengan narasi yang mendorong wacana pernyataan pada judul tangkapan layar itu terkait Anggota KPPS yang meninggal dunia.
Berikut narasi postingannya:
Enteng bener lue ngomongnya jok.
Kya gak ada harganya nyawa rakyat.
Korban ini ratusan,bukan satu dua yg meninggal.
⬇️
Berikut narasi postingannya:
Enteng bener lue ngomongnya jok.
Kya gak ada harganya nyawa rakyat.
Korban ini ratusan,bukan satu dua yg meninggal.
⬇️
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran, pihak Tempo pun sudah memberikan bantahan melalui artikel periksa faktanya. Hasil pemaparan Tempo, tangkapan layar yang diunggah oleh akun Ade Ade merupakan hasil suntingan atau rekayasa dari artikel berjudul “Jokowi Diminta Tak Hanya Pindahkan Ibu Kota, Tapi...” yang tayang 4 Mei 2019 pukul 17:52. Artikel tersebut ditulis oleh Fajar Pebrianto dan editornya ialah Rahma Tri.
Berikut paparan pemeriksaan fakta yang dilakukan oleh Tempo terkait postingan tersebut:
[…] PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil pemeriksaan fakta, Tempo tidak pernah menerbitkan berita tersebut. Judul berita tangkapan layar yang diunggah akun Ade Ade adalah hasil suntingan dari berita tempo.co berjudul “Jokowi Diminta Tak Hanya Pindahkan Ibu Kota, Tapi…” yang dipublikasikan 4 Mei 2019.
Suntingan itu terlihat dari font teks judul yang berbeda dengan font teks yang selama ini dipakai oleh Tempo.co.
Dalam berita asli, foto yang dimuat Tempo berasal dari ANTARA dengan keterangan: Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) sebelum memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 29 April 2019. Rapat itu membahas tindak lanjut rencana pemindahan ibu kota.
Berita itu sendiri berisi tentang pernyataan Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Robert Na Ending Jaweng yang meminta pemerintahan Joko Widodo tidak hanya mewacanakan pemindahan ibu kota negara ke luar Pulau Jawa. Lebih dari itu, Robert meminta Jokowi ikut mengubah strategi pembangunan yang saat ini berjalan.
Tanpa itu, kata Robert, setiap daerah akan saling berebut untuk mengajukan diri menjadi calon ibu kota. “Karena orang berpikir, untuk mendapatkan fasilitas yang bagus, ya dengan merebut kesempatan sebagai ibu kota,” kata dia dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 4 Mei 2019.
Selama ini, kata Robert, fasilitas pelayanan publik seperti rumah sakit, hingga sekolah selalu terpusat di kota besar seperti ibu kota provinsi maupun kabupaten. Padahal seharusnya, penyediaan pelayanan publik harus mengikuti permintaan dan kebutuhan yang paling tinggi di suatu lokasi. “Jadi ini harus diubah, layanan publik enggak harus hierarki,” ujarnya.
Wacana pemindahan ibu kota kembali menghangat setelah Jokowi menggelar Rapat Terbatas Kabinet guna membicarakan isu tersebut pada Senin, 29 April 2019. Berdasarkan rapat itu, Jokowi memberi arahan untuk mengambil alternatif pemindahan ibu kota ke luar Jawa. […]
Selain itu, bila gambar tangkapan layar yang diunggah akun Ade Ade disandingkan dengan tangkapan layar artikel aslinya dapat terlihat jelas perbedaannya. Bisa dilihat pada bagian sandingannya tersebut pada bagian gambar pada postingan ini.
Berikut paparan pemeriksaan fakta yang dilakukan oleh Tempo terkait postingan tersebut:
[…] PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil pemeriksaan fakta, Tempo tidak pernah menerbitkan berita tersebut. Judul berita tangkapan layar yang diunggah akun Ade Ade adalah hasil suntingan dari berita tempo.co berjudul “Jokowi Diminta Tak Hanya Pindahkan Ibu Kota, Tapi…” yang dipublikasikan 4 Mei 2019.
Suntingan itu terlihat dari font teks judul yang berbeda dengan font teks yang selama ini dipakai oleh Tempo.co.
Dalam berita asli, foto yang dimuat Tempo berasal dari ANTARA dengan keterangan: Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) sebelum memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 29 April 2019. Rapat itu membahas tindak lanjut rencana pemindahan ibu kota.
Berita itu sendiri berisi tentang pernyataan Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Robert Na Ending Jaweng yang meminta pemerintahan Joko Widodo tidak hanya mewacanakan pemindahan ibu kota negara ke luar Pulau Jawa. Lebih dari itu, Robert meminta Jokowi ikut mengubah strategi pembangunan yang saat ini berjalan.
Tanpa itu, kata Robert, setiap daerah akan saling berebut untuk mengajukan diri menjadi calon ibu kota. “Karena orang berpikir, untuk mendapatkan fasilitas yang bagus, ya dengan merebut kesempatan sebagai ibu kota,” kata dia dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 4 Mei 2019.
Selama ini, kata Robert, fasilitas pelayanan publik seperti rumah sakit, hingga sekolah selalu terpusat di kota besar seperti ibu kota provinsi maupun kabupaten. Padahal seharusnya, penyediaan pelayanan publik harus mengikuti permintaan dan kebutuhan yang paling tinggi di suatu lokasi. “Jadi ini harus diubah, layanan publik enggak harus hierarki,” ujarnya.
Wacana pemindahan ibu kota kembali menghangat setelah Jokowi menggelar Rapat Terbatas Kabinet guna membicarakan isu tersebut pada Senin, 29 April 2019. Berdasarkan rapat itu, Jokowi memberi arahan untuk mengambil alternatif pemindahan ibu kota ke luar Jawa. […]
Selain itu, bila gambar tangkapan layar yang diunggah akun Ade Ade disandingkan dengan tangkapan layar artikel aslinya dapat terlihat jelas perbedaannya. Bisa dilihat pada bagian sandingannya tersebut pada bagian gambar pada postingan ini.
Kesimpulan
Atas hasil perbandingan dan bantahan dari Tempo itu, maka postingan akun Ade Ade masuk ke dalam kategori manipulated content atau konten yang dimanipulasi.
Rujukan
- https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/888202978178905/
- https://turnbackhoax.id/2019/05/08/salah-artikel-tempo-berjudul-jokowi-korban-meninggal-itu-sudah-takdir-jangan-di-perpanjang-lagi/
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/272/fakta-atau-hoaks-benarkah-tempo-memuat-pernyataan-jokowi-bahwa-korban-meninggal-adalah-takdir
- https://bisnis.tempo.co/read/1202045/jokowi-diminta-tak-hanya-pindahkan-ibu-kota-tapi
Halaman: 6215/6706