Konten berdurasi 23 detik beredar di Facebook [arsip] dan Instagram yang memuat klaim bahwa ratusan petugas pemadam kebakaran (damkar) di Kota Los Angeles, negara bagian California, AS, yang ramai-ramai masuk Islam setelah kebakaran besar terjadi di beberapa area di LA.
Video itu memperlihatkan gambar ratusan petugas damkar sedang berbaris sambil mengangkat tangan kanannya dan mengucapkan kalimat-kalimat yang mirip syahadat. “Ada hikmah di balik kebakaran di LA, ribuan damkar bersyahadat massal. Mereka melihat fenomena-fenomena ganjil tak bisa dinalar depan mata,” bunyi teks pada konten tersebut.
Video itu mendapat setidaknya 898 komentar dan dibagikan 1.100 kali. Benarkah ratusan petugas pemadam kebakaran di Kota Los Angeles ramai-ramai masuk Islam setelah peristiwa kebakaran pada Januari 2025?
Keliru: Ratusan Petugas Damkar di Los Angeles Ramai-ramai Masuk Islam Setelah Kebakaran
Sumber:Tanggal publish: 10/02/2025
Berita
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa gambar dan klaim mengenai ratusan petugas damkar yang masuk Islam itu tidak akurat.
Pertama, Tempo memverifikasi konten tersebut dengan membandingkan seragam petugas pemadam kebakaran Los Angeles dengan gambar yang beredar. Tempo menelusuri foto-foto seragam pemadam kebakaran lewat website dan Instagram Departemen Pemadam Kebakaran Los Angeles.
Hasilnya, seragam petugas pemadam kebakaran yang diperlihatkan dalam video yang beredar berbeda dengan seragam resmi pemadam kebakaran Los Angeles. Seragam resmi pemadam kebakaran Los Angeles berwarna dominan oranye dengan garis hijau muda, bukan dominan hitam bergaris hijau seperti di dalam konten.
Kedua, Tempo mencari konten dengan klaim yang mirip lewat YouTube, yakni video yang dibagikan kanal Terang Bulan [arsip] tertanggal 21 Januari 2025. Kanal ini membagikan video dengan klaim "Ribuan Petugas Damkar Amerika Masuk Islam Usai Bertugas di Los Angeles". Video tersebut menayangkan gambar yang mirip, namun berbeda posisi.
Kanal Terang Bulan telah mempublikasikan keterangan, bahwa video yang dia buat tersebut adalah karya fiksi. Konten tersebut dibuat dengan cara modifikasi dan sintesis, teknik yang kerap menggunakan kecerdasan buatan generatif.
“Nama, tempat, dan peristiwa yang disebutkan tidak dimaksudkan untuk merepresentasikan fakta atau kenyataan,” tulis kanal tersebut.
Keterangan: Visual identik yang telah diberi keterangan bahwa konten ini dibuat dengan modifikasi dan sintesis, serta tidak menggambarkan kenyataan sebenarnya.
Kanal Roof of Islam di YouTube, menjelaskan bahwa konten-konten berisi klaim petugas pemadam kebakaran masuk Islam setelah peristiwa kebakaran di Los Angeles, banyak menyebar di media sosial. Namun konten-konten tersebut banyak menggunakan AI untuk menggambarkan keadaan yang tidak terjadi dalam kenyataan.
Menurut kanal tersebut, meskipun ada kisah-kisah tentang perpindahan agama, seperti kisah seorang petugas pemadam kebakaran yang memeluk Islam setelah merenungkan pengalamannya selama kebakaran Los Angeles, kisah-kisah ini adalah kisah pribadi dan bukan merupakan indikasi tren yang meluas.
Pemindaian gambar berbasis AI, Wasitai.com, juga menyatakan bahwa gambar yang ditampilkan dalam video yang beredar dibuat menggunakan teknologi AI atau sebagian besar komponennya dari AI.
Pertama, Tempo memverifikasi konten tersebut dengan membandingkan seragam petugas pemadam kebakaran Los Angeles dengan gambar yang beredar. Tempo menelusuri foto-foto seragam pemadam kebakaran lewat website dan Instagram Departemen Pemadam Kebakaran Los Angeles.
Hasilnya, seragam petugas pemadam kebakaran yang diperlihatkan dalam video yang beredar berbeda dengan seragam resmi pemadam kebakaran Los Angeles. Seragam resmi pemadam kebakaran Los Angeles berwarna dominan oranye dengan garis hijau muda, bukan dominan hitam bergaris hijau seperti di dalam konten.
Kedua, Tempo mencari konten dengan klaim yang mirip lewat YouTube, yakni video yang dibagikan kanal Terang Bulan [arsip] tertanggal 21 Januari 2025. Kanal ini membagikan video dengan klaim "Ribuan Petugas Damkar Amerika Masuk Islam Usai Bertugas di Los Angeles". Video tersebut menayangkan gambar yang mirip, namun berbeda posisi.
Kanal Terang Bulan telah mempublikasikan keterangan, bahwa video yang dia buat tersebut adalah karya fiksi. Konten tersebut dibuat dengan cara modifikasi dan sintesis, teknik yang kerap menggunakan kecerdasan buatan generatif.
“Nama, tempat, dan peristiwa yang disebutkan tidak dimaksudkan untuk merepresentasikan fakta atau kenyataan,” tulis kanal tersebut.
Keterangan: Visual identik yang telah diberi keterangan bahwa konten ini dibuat dengan modifikasi dan sintesis, serta tidak menggambarkan kenyataan sebenarnya.
Kanal Roof of Islam di YouTube, menjelaskan bahwa konten-konten berisi klaim petugas pemadam kebakaran masuk Islam setelah peristiwa kebakaran di Los Angeles, banyak menyebar di media sosial. Namun konten-konten tersebut banyak menggunakan AI untuk menggambarkan keadaan yang tidak terjadi dalam kenyataan.
Menurut kanal tersebut, meskipun ada kisah-kisah tentang perpindahan agama, seperti kisah seorang petugas pemadam kebakaran yang memeluk Islam setelah merenungkan pengalamannya selama kebakaran Los Angeles, kisah-kisah ini adalah kisah pribadi dan bukan merupakan indikasi tren yang meluas.
Pemindaian gambar berbasis AI, Wasitai.com, juga menyatakan bahwa gambar yang ditampilkan dalam video yang beredar dibuat menggunakan teknologi AI atau sebagian besar komponennya dari AI.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa video yang menyebutkan ada ratusan petugas Damkar di Los Angeles syahadat massal setelah kejadian kebakaran adalah keliru.
Rujukan
- http://facebook.com/reel/493078070496334/
- https://mvau.lt/media/d968f0ad-b3dc-4f1f-9581-3f92566d5498
- https://www.instagram.com/piani_aqila/reel/DFFd7wXBNJv/
- https://lafd.org/
- https://www.instagram.com/losangelesfiredepartment/
- https://www.youtube.com/watch?v=HSoAgHXG5RQ
- https://archive.is/UlJrV
- https://www.youtube.com/watch?v=0BeXovrhyzg
- http://wasitai.com /cdn-cgi/l/email-protection#3152545a57505a45507145545c415e1f525e1f5855
Keliru: Narasi yang Mengatakan Konsumsi Ikan Nila Berbahaya
Sumber:Tanggal publish: 10/02/2025
Berita
Sebuah konten yang beredar di Facebook [arsip], menyatakan bahwa mengkonsumsi ikan nila berbahaya bagi masyarakat.
Di dalam konten tersebut tidak disertai keterangan bahaya apa yang dimaksud dan apa penyebab bahaya itu. Narasi hanya bersifat menakut-nakuti disertai tautan yang mengarah ke salah satu lokapasar.
Namun, bagaimana sesungguhnya tingkat keamanan konsumsi nila pada tubuh manusia?
Di dalam konten tersebut tidak disertai keterangan bahaya apa yang dimaksud dan apa penyebab bahaya itu. Narasi hanya bersifat menakut-nakuti disertai tautan yang mengarah ke salah satu lokapasar.
Namun, bagaimana sesungguhnya tingkat keamanan konsumsi nila pada tubuh manusia?
Hasil Cek Fakta
Dosen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Lailatul Muniroh mengatakan narasi yang beredar tersebut hoaks. Tidak ada penelitian yang menyatakan secara spesifik ikan nila berbahaya saat dikonsumsi.
“Secara spesifik (mengatakan ikan nila berbahaya) tidak ada. Kecuali jika dikonsumsi berlebihan, atau juga kemungkinan ada risiko kontaminasi. Tapi tidak spesifik khusus ikan nila saja (bahan makanan lain juga demikian),” kata Lailatul melalui pesan, Senin, 10 Februari 2025.
Dilansir Healthline.com, satu porsi 3,5 ons ikan nila mengandung kalori 128, karbohidrat 0 gram, protein 26 gram, lemak 3 gram, niasin 24% dari RDI, vitamin B12 31% dari RDI, fosfor 20% dari RDI, selenium 78% dari RDI, dan kalium 20% dari RDI.
Nila adalah spesies ikan asal benua Afrika. Namun, saat ini telah tersebar di kolam budidaya atau hidup liar di lebih dari 135 negara. Saat ini, Cina adalah eksportir ikan nila terbesar dengan jumlah ekspor 1,6 juta metrik ton per tahun.
Di sisi lain, kontaminasi merupakan risiko bahaya konsumsi ikan budidaya, termasuk nila. Cara beternak yang tidak tepat, serta memberikan pakan kotoran hewan atau pakan tak sehat lainnya, bisa menyebabkan ikan terkontaminasi zat beracun.
Kontaminan berbahaya yang mungkin dikandung ikan yang dibudidayakan secara keliru adalah salmonella, kata Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair, Prof Dr Mustofa Helmi Effendi drh DTAPH, dalam artikelnya di website resmi Unair.
Dia mengatakan pakan buatan sendiri digunakan pembudidaya untuk mengurangi biaya pemeliharaan ikan. Biasanya pakan buatan sendiri terdiri dari jeroan ayam dan produk sampingan yang dihasilkan selama pemrosesan unggas, limbah dapur, dan produk sampingan lainnya dari industri makanan.
Di sisi lain, sayangnya pakan buatan sendiri dapat menjadi sumber potensial patogen bawaan makanan, terutama bakteri salmonella, yang kemudian dapat ditularkan ke ikan budidaya dan berlanjut pada manusia.
“Adanya kadar Salmonella sp. yang lebih tinggi pada ikan nila (karena proses budidaya yang tidak tepat), menyebabkan beberapa gejala pada kesehatan manusia seperti diare, mual, muntah, dan sakit perut. Salmonella sp. pada ikan nila diperoleh dari pembusukan kotoran hewan dan sisa pakan selama proses budidaya tradisional,” tulis Mustofa.
“Secara spesifik (mengatakan ikan nila berbahaya) tidak ada. Kecuali jika dikonsumsi berlebihan, atau juga kemungkinan ada risiko kontaminasi. Tapi tidak spesifik khusus ikan nila saja (bahan makanan lain juga demikian),” kata Lailatul melalui pesan, Senin, 10 Februari 2025.
Dilansir Healthline.com, satu porsi 3,5 ons ikan nila mengandung kalori 128, karbohidrat 0 gram, protein 26 gram, lemak 3 gram, niasin 24% dari RDI, vitamin B12 31% dari RDI, fosfor 20% dari RDI, selenium 78% dari RDI, dan kalium 20% dari RDI.
Nila adalah spesies ikan asal benua Afrika. Namun, saat ini telah tersebar di kolam budidaya atau hidup liar di lebih dari 135 negara. Saat ini, Cina adalah eksportir ikan nila terbesar dengan jumlah ekspor 1,6 juta metrik ton per tahun.
Di sisi lain, kontaminasi merupakan risiko bahaya konsumsi ikan budidaya, termasuk nila. Cara beternak yang tidak tepat, serta memberikan pakan kotoran hewan atau pakan tak sehat lainnya, bisa menyebabkan ikan terkontaminasi zat beracun.
Kontaminan berbahaya yang mungkin dikandung ikan yang dibudidayakan secara keliru adalah salmonella, kata Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair, Prof Dr Mustofa Helmi Effendi drh DTAPH, dalam artikelnya di website resmi Unair.
Dia mengatakan pakan buatan sendiri digunakan pembudidaya untuk mengurangi biaya pemeliharaan ikan. Biasanya pakan buatan sendiri terdiri dari jeroan ayam dan produk sampingan yang dihasilkan selama pemrosesan unggas, limbah dapur, dan produk sampingan lainnya dari industri makanan.
Di sisi lain, sayangnya pakan buatan sendiri dapat menjadi sumber potensial patogen bawaan makanan, terutama bakteri salmonella, yang kemudian dapat ditularkan ke ikan budidaya dan berlanjut pada manusia.
“Adanya kadar Salmonella sp. yang lebih tinggi pada ikan nila (karena proses budidaya yang tidak tepat), menyebabkan beberapa gejala pada kesehatan manusia seperti diare, mual, muntah, dan sakit perut. Salmonella sp. pada ikan nila diperoleh dari pembusukan kotoran hewan dan sisa pakan selama proses budidaya tradisional,” tulis Mustofa.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan ikan nila berbahaya bila dikonsumsi masyarakat adalah klaim yang keliru.
Ikan nila liar atau budidaya mengandung banyak gizi yang dibutuhkan manusia dan tidak berbahaya bila dikonsumsi secara tidak berlebihan, dan tidak terkontaminasi zat berbahaya.
Ikan nila liar atau budidaya mengandung banyak gizi yang dibutuhkan manusia dan tidak berbahaya bila dikonsumsi secara tidak berlebihan, dan tidak terkontaminasi zat berbahaya.
Rujukan
- https://www.facebook.com/AbangL123/posts/pfbid02tjWYNsbeTVxvv8V67rwFz3AadVxgkQMNdGcXXHYQK82pzwxMRXy6sm2GhdDfDokwl?_rdc=1&_rdr
- https://mvau.lt/media/a99d0516-9916-4412-b6fa-c957f6d56525
- https://www.healthline.com/nutrition/tilapia-fish
- https://unair.ac.id/salmonella-sp-pada-ikan-nila-oreochromis-niloticus/ /cdn-cgi/l/email-protection#d8bbbdb3beb9b3acb998acbdb5a8b7f6bbb7f6b1bc
Keliru: Great Reset 2030, Jaringan Internet dan Listrik akan Mati Secara Global
Sumber:Tanggal publish: 10/02/2025
Berita
Sebuah video tentang The Great Reset 2030 atau dunia tanpa internet dan listrik pada 2030, diunggah akun media sosial Instagram [arsip] dan Facebook. Narasi pada video menyarankan agar masyarakat mengalihkan aset uang di perbankan dalam bentuk emas dan perak.
Video tersebut mengutip potongan siniar Dharma Pongrekun yang menyebut bahwa suatu saat internet di dunia akan dimatikan secara global. Selain video Dharma, juga terdapat pernyataan Ustadz Zulkifli M. Ali yang mengatakan agar dana yang ada di rekening bank agar dialihkan menjadi tabungan emas. “Karena ketika teknologi musnah, hantaman meteor terjadi, uang yang di bank tidak bisa ditarik.”
Benarkah lebih baik menyimpan emas dan perak untuk Agenda Reset 2030?
Video tersebut mengutip potongan siniar Dharma Pongrekun yang menyebut bahwa suatu saat internet di dunia akan dimatikan secara global. Selain video Dharma, juga terdapat pernyataan Ustadz Zulkifli M. Ali yang mengatakan agar dana yang ada di rekening bank agar dialihkan menjadi tabungan emas. “Karena ketika teknologi musnah, hantaman meteor terjadi, uang yang di bank tidak bisa ditarik.”
Benarkah lebih baik menyimpan emas dan perak untuk Agenda Reset 2030?
Hasil Cek Fakta
Istilah mengenai Great Reset muncul sebagai gagasan pada Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada bulan Juni 2020 di Davos, Swiss. Namun istilah ini kemudian dengan cepat menjadi teori konspirasi. Padahal WEF menyebut, gagasan Great Reset berpaku pada tiga hal yaitu akan mengarahkan pasar menuju hasil yang lebih adil, memastikan bahwa investasi memajukan tujuan bersama, dan memanfaatkan inovasi Revolusi Industri.
Dikutip dari BBC, saat itu, Pangeran Wales dan pimpinan pertemuan menyerukan agar pandemi dilihat sebagai peluang untuk apa yang mereka sebut sebagai Great Reset ekonomi global. Pendiri inisiatif ini lainnya adalah Prof Klaus Schwab, kepala WEF, yang berbicara tentang "pajak kekayaan" dan mengakhiri subsidi bahan bakar fosil. Namun cakupannya sangat luas, meliputi teknologi, perubahan iklim, masa depan pekerjaan, keamanan internasional, dan tema-tema lainnya, dan sulit untuk melihat dengan tepat apa yang dimaksud dengan Great Reset dalam praktiknya.
Proposal tersebut, beserta WEF sendiri, menghadapi kritik yang sah dari berbagai sumber, menurut BBC. Tokoh politik konservatif dan media massa menuduh organisasi tersebut mendorong kebijakan lingkungan yang akan merugikan ekonomi. Ketidakjelasan dari konsep Great Reset dan kritik yang mengalir tersebut, melahirkan teori konspirasi yang tidak berbasis fakta dan menyesatkan, seperti menghubungkan pandemi Covid-19 hasil rekayasa sebagai agenda Great Reset.
Tahun 2030 dihubungkan sebagai waktu terjadinya Great Reset, yang sebenarnya tidak pernah disebut oleh World Economic Forum.
Tahun 2030 sebenarnya merujuk pada pada Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Agenda 2030 diadopsi oleh semua Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015, menyediakan cetak biru bersama untuk perdamaian dan kesejahteraan bagi manusia dan planet ini, sekarang dan di masa depan.
Teori konspirasi baru soal Great Reset
Setelah pandemi, narasi bahwa dunia tanpa listrik dan internet sebagai agenda Great Reset 2030 menjadi teori konspirasi baru. Dosen Binus University Dr. Moch. Doddy Ariefianto, mengatakan bahwa mematikan internet secara global tidak mungkin terjadi karena jaringan internet tidak dikuasai oleh entitas tunggal.
Meski mematikan atau membatasi internet bisa dilakukan oleh masing-masing negara, akan tetapi mematikan jaringan internet secara global adalah mustahil. “Tersedianya internet merupakan ruangan-ruangan yang dibangun secara kolektif oleh jutaan pelaku,” kata Doddy dihubungi Tempo pada 7 Februari 2025.
Sedangkan anjuran untuk meninggalkan uang, dan mengganti dengan tabungan emas dan perak, kata Doddy, tidak berdasarkan data. Sebab sistem keuangan saat ini sudah mapan dan teruji ribuan tahun.
Mengganti sistem uang dengan emas dan perak juga tidak berkaitan dengan Great Reset. Menurut Doddy, emas menjadi aset yang bebas resiko, yang akan diburu saat kondisi ekonomi atau politik yang tidak pasti.
Akan tetapi, hanya mengandalkan investasi pada emas, juga beresiko. “Salah satu prinsip lain dari investasi adalah portofolio. Jadi kita menyebarkan, jangan taruh telur semua dalam satu keranjang, begitu filosofinya. Kita punya saham, kita punya obligasi, kita punya deposito, kita punya emas,” katanya.
Dikutip dari BBC, saat itu, Pangeran Wales dan pimpinan pertemuan menyerukan agar pandemi dilihat sebagai peluang untuk apa yang mereka sebut sebagai Great Reset ekonomi global. Pendiri inisiatif ini lainnya adalah Prof Klaus Schwab, kepala WEF, yang berbicara tentang "pajak kekayaan" dan mengakhiri subsidi bahan bakar fosil. Namun cakupannya sangat luas, meliputi teknologi, perubahan iklim, masa depan pekerjaan, keamanan internasional, dan tema-tema lainnya, dan sulit untuk melihat dengan tepat apa yang dimaksud dengan Great Reset dalam praktiknya.
Proposal tersebut, beserta WEF sendiri, menghadapi kritik yang sah dari berbagai sumber, menurut BBC. Tokoh politik konservatif dan media massa menuduh organisasi tersebut mendorong kebijakan lingkungan yang akan merugikan ekonomi. Ketidakjelasan dari konsep Great Reset dan kritik yang mengalir tersebut, melahirkan teori konspirasi yang tidak berbasis fakta dan menyesatkan, seperti menghubungkan pandemi Covid-19 hasil rekayasa sebagai agenda Great Reset.
Tahun 2030 dihubungkan sebagai waktu terjadinya Great Reset, yang sebenarnya tidak pernah disebut oleh World Economic Forum.
Tahun 2030 sebenarnya merujuk pada pada Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Agenda 2030 diadopsi oleh semua Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015, menyediakan cetak biru bersama untuk perdamaian dan kesejahteraan bagi manusia dan planet ini, sekarang dan di masa depan.
Teori konspirasi baru soal Great Reset
Setelah pandemi, narasi bahwa dunia tanpa listrik dan internet sebagai agenda Great Reset 2030 menjadi teori konspirasi baru. Dosen Binus University Dr. Moch. Doddy Ariefianto, mengatakan bahwa mematikan internet secara global tidak mungkin terjadi karena jaringan internet tidak dikuasai oleh entitas tunggal.
Meski mematikan atau membatasi internet bisa dilakukan oleh masing-masing negara, akan tetapi mematikan jaringan internet secara global adalah mustahil. “Tersedianya internet merupakan ruangan-ruangan yang dibangun secara kolektif oleh jutaan pelaku,” kata Doddy dihubungi Tempo pada 7 Februari 2025.
Sedangkan anjuran untuk meninggalkan uang, dan mengganti dengan tabungan emas dan perak, kata Doddy, tidak berdasarkan data. Sebab sistem keuangan saat ini sudah mapan dan teruji ribuan tahun.
Mengganti sistem uang dengan emas dan perak juga tidak berkaitan dengan Great Reset. Menurut Doddy, emas menjadi aset yang bebas resiko, yang akan diburu saat kondisi ekonomi atau politik yang tidak pasti.
Akan tetapi, hanya mengandalkan investasi pada emas, juga beresiko. “Salah satu prinsip lain dari investasi adalah portofolio. Jadi kita menyebarkan, jangan taruh telur semua dalam satu keranjang, begitu filosofinya. Kita punya saham, kita punya obligasi, kita punya deposito, kita punya emas,” katanya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa klaim lebih baik menyimpan emas dan perak untuk Agenda Reset 2030 adalah keliru.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/DFXp0O8Sagr/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://mvau.lt/media/c2d272eb-6e2b-4e4f-b496-60761728f3e6
- https://www.facebook.com/reel/591824446977076
- https://www.weforum.org/stories/2020/06/now-is-the-time-for-a-great-reset/
- https://www.bbc.com/news/blogs-trending-57532368
- https://sdgs.un.org/goals /cdn-cgi/l/email-protection#b3d0d6d8d5d2d8c7d2f3c7d6dec3dc9dd0dc9ddad7
Benar: Video yang Memperlihatkan Presiden RI ke-7 Jokowi di Uni Emirat Arab
Sumber:Tanggal publish: 07/02/2025
Berita
Sebuah video beredar di Twitter atau X, Facebook dan Instagram, yang diklaim bahwa Joko Widodo atau Jokowi saat berkunjung ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).
Video itu memperlihatkan Jokowi dan mantan Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio, serta sejumlah orang berjalan di dalam ruangan mirip pusat perbelanjaan pada 5 Februari 2025.
Di Twitter, konten itu memantik perdebatan. Sejumlah warganet meyakini bahwa konten itu benar. Sedangkan beberapa akun, menilai video itu hoaks. Kunjungan Jokowi tersebut dipercaya terjadi saat dia masih menjabat sebagai presiden Indonesia. “Ini video ketika Jokowi berkunjung ke Dubai masih jabat Presiden. Lu ga lihat jas yg dipake masih pake peneng bahwa dia Presiden RI. Lu mau buat hoax..,” tulis salah satu akun.
Namun, benar atau keliru video yang diklaim kunjungan Jokowi ke Abu Dhabi itu terjadi pada 5 Februari 2025?
Video itu memperlihatkan Jokowi dan mantan Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio, serta sejumlah orang berjalan di dalam ruangan mirip pusat perbelanjaan pada 5 Februari 2025.
Di Twitter, konten itu memantik perdebatan. Sejumlah warganet meyakini bahwa konten itu benar. Sedangkan beberapa akun, menilai video itu hoaks. Kunjungan Jokowi tersebut dipercaya terjadi saat dia masih menjabat sebagai presiden Indonesia. “Ini video ketika Jokowi berkunjung ke Dubai masih jabat Presiden. Lu ga lihat jas yg dipake masih pake peneng bahwa dia Presiden RI. Lu mau buat hoax..,” tulis salah satu akun.
Namun, benar atau keliru video yang diklaim kunjungan Jokowi ke Abu Dhabi itu terjadi pada 5 Februari 2025?
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa video kunjungan Joko Widodo tersebut memang benar terjadi pada 5 Februari 2025, atau setelah Jokowi tidak lagi menjabat sebagai Presiden RI.
Dokumentasi kunjungan Jokowi ke Abu Dhabi itu diunggah oleh Kedutaan Besar Indonesia di Abu Dhabi di Instagram @indonesiainabudhabi. Aktivitas itu dikatakan terlaksana pada 5 Februari 2025.
Publikasi Dubes Indonesia di Abu Dhabi itu memperlihatkan foto yang sama, dari segi ruangan dan orang-orang yang terekam. Kunjungan tersebut berada di hypermarket LULU di Mushrif Mall, Abu Dhabi. Jokowi juga datang ke kantor pusat LULU Group.
Selain Jokowi, ada CEO LULU Group Mr. Saifee Rupawala yang berdasi merah, dan Duta Besar RI untuk UAE, H.E. Husin Bagis yang berpeci hitam. Mereka melihat rambutan dan produk permen asal Indonesia di sana.
“Mantan Presiden Joko Widodo memberikan dorongan strategis agar lebih banyak komoditas Indonesia menembus pasar Timur Tengah melalui LULU Group. Beliau juga meninjau hypermarket LULU di Mushrif Mall, melihat langsung produk Indonesia yang telah hadir di rak-rak ritel global,” potongan keterangan dalam unggahan Dubes Indonesia di Abu Dhabi.
Dokumentasi kunjungan Jokowi ke Abu Dhabi itu diunggah oleh Kedutaan Besar Indonesia di Abu Dhabi di Instagram @indonesiainabudhabi. Aktivitas itu dikatakan terlaksana pada 5 Februari 2025.
Publikasi Dubes Indonesia di Abu Dhabi itu memperlihatkan foto yang sama, dari segi ruangan dan orang-orang yang terekam. Kunjungan tersebut berada di hypermarket LULU di Mushrif Mall, Abu Dhabi. Jokowi juga datang ke kantor pusat LULU Group.
Selain Jokowi, ada CEO LULU Group Mr. Saifee Rupawala yang berdasi merah, dan Duta Besar RI untuk UAE, H.E. Husin Bagis yang berpeci hitam. Mereka melihat rambutan dan produk permen asal Indonesia di sana.
“Mantan Presiden Joko Widodo memberikan dorongan strategis agar lebih banyak komoditas Indonesia menembus pasar Timur Tengah melalui LULU Group. Beliau juga meninjau hypermarket LULU di Mushrif Mall, melihat langsung produk Indonesia yang telah hadir di rak-rak ritel global,” potongan keterangan dalam unggahan Dubes Indonesia di Abu Dhabi.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan narasi yang mengatakan Jokowi berkunjung ke Abu Dhabi, UEA, pada 5 Februari 2025, adalah klaim yang benar. Hal itu dikonfirmasi akun Instagram Dubes Indonesia untuk Abu Dhabi.
Rujukan
- https://x.com/tham878/status/1887095703287271429
- https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02o39XerxznLXy2vrrh2XbX27bT73bRfZrdRYNo5XMCv4hYTMEAZRf16M2gYoDZb27l&id=1585839761
- https://www.tiktok.com/@menujuindonesiamaju/video/7467862983704677637
- https://www.instagram.com/p/DFugql8vouZ/?img_index=9 /cdn-cgi/l/email-protection#ea898f818c8b819e8baa9e8f879a85c48985c4838e
Halaman: 77/6439