Keliru, Klaim Partikel Nano Graphene Oxide pada Vaksin Covid-19 Berkaitan dengan Tower 5G
Sumber:Tanggal publish: 04/11/2024
Berita
Sebuah video pendek tentangadanya partikel nano graphene oxide sebagai pengaruh tower 5G pada vaksin Covid-19 diunggah oleh akun media sosial ini [ arsip ] dan ini. Pengunggah menulis narasi bahwa Ricardo Delgado, seorang peneliti dari La Quinta Columna terlibat pada proyek penelitian Covid-19. Pada salah satu videonya ia menyebutkan bahwa beberapa merek vaksin yang ia teliti ternyata positif mengandung nanopartikelgraphene oxide.
Disebutkan bahwa konongraphene oxideadalah partikel yang "istimewa" yang bereaksi pada tingkat radiasi tertentu. Menara 5G memancarkan radiasi sehingga munculah teori bahwa orang yang di dalam tubuhnya mengandung nanopartikelgraphene oxidedari vaksin, akan bereaksi dengan menara 5G.
Benarkah nano partikelgraphene oxideterkandung pada semua vaksin COVID-19, dan berkaitan dengan tower 5G?
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Tempo menghubungi peneliti virologi dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, M.Si. Menurut Arif, klaim mengenai keberadaan nanopartikelgraphene oxidedalam vaksin COVID-19 yang dapat bereaksi terhadap radiasi 5G merupakan isu yang tidak berdasar secara ilmiah.
Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwagraphene oxidedigunakan dalam produksi vaksin COVID-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama badan pengawas obat lainnya di seluruh dunia, telah mengawasi ketat terhadap komposisi vaksin yang telah beredar dan tersedia saat ini.
“Teori konspirasi yang mengaitkan vaksin dengan teknologi 5G muncul dari miskonsepsi tentang sifat fisikgraphene oxide.Material ini memang digunakan dalam beberapa aplikasi medis dan teknologi, tetapi tidak ada bukti bahwa ia dapat bereaksi terhadap frekuensi radio 5G di dalam tubuh manusia. Pemahaman bahwa radiasi 5G dapat memicu reaksi pada vaksinasi yang mengandunggraphene oxideadalah hasil dari informasi yang keliru dan tidak memiliki landasan ilmiah,” kata Airf kepada Tempo, kemarin.
Dikutip dari laman Reuters, Pfizer mengatakan bahwa vaksinnya tidak mengandung bahan tersebut. Bahan ini juga tidak tercantum dalam vaksin COVID-19 manapun yang tersedia secara luas di seluruh dunia.
“Grafena oksida tidak digunakan dalam pembuatan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19,” kata Senior Associate of Global Media Relations Pfizer kepada Reuters.
Laman lembaga pengawas makanan dan obat-obatan Amerika Serikat, mempublikasikan bahan-bahan vaksin Pfizer antara lain: mRNA, lipid, kalium klorida, kalium fosfat monobasa, natrium klorida, natrium fosfat dihidrat dibasa, dan sukrosa. Kandungan grafena oksida tidak disebutkan dalam daftar tersebut.
Termasuk vaksin COVID-19 jenis lainnya seperti Moderna, Janssen, AstraZeneca, CanSino, Sinovac dan Sputnik V yang mengandung grafena oksida. Daftar kandungan vaksin dapat dilihat di sini.
Klaim tentang vaksin COVID-19, dan kaitannya dengan tower 5G sudah beredar di media sosial sejak pandemi COVID-19. Klaim bahwa Graphene oxide yang ada dalam vaksin Covid-19 dapat diaktifkan frekuensi elektromagnetik beredar di media sosial Facebook pada bulan Mei 2021. Dilansir The Observers, Emmanuel Flahaut, spesialis Graphene dan direktur penelitian di lembaga penelitian Perancis, CNRS mengatakan mengatakan bahwa tidak mungkin zat dalam video ini adalahgraphene.
Ia juga mengatakan,graphene oxide tampaknya memiliki beberapa tingkat sifat magnetik tetapi tidak dapat menarik apa pun.Graphene oxidedalam bentuk bubuk tidak tertarik oleh magnet. Dan jika ada sedikitgraphene oxidedalam suatu produk, itu tidak akan cukup untuk mengaktivasi sifat magnetik apapun pada tingkat yang signifikan.
Dalam riset yang dipublikasikan National Library of Medicine, penggunaangraphene oxidedalam vaksin atau aplikasi medis lainnya masih diuji coba, tetapi belum menjadi komponen standar vaksin apa pun.
Tempo pernah memeriksa klaim-klaim yang keliru mengenai graphene axide tersebut di sini dan di sini.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan Tempo, klaim video nano partikelgraphene oxideterkandung pada semua vaksin COVID-19, dan berkaitan dengan tower 5G adalahkeliru.
Tidak ada kandungan graphene oksida dalam seluruh vaksin COVID-19 lain yang tersedia di seluruh dunia baik itu oleh Moderna, Janssen, AstraZeneca, CanSino, Sinovac dan Sputnik V. Meski grafena oksida masih diuji coba untuk digunakan dalam vaksin, namun zat tersebut tidak dapat menimbulkan sifat magnetik jika terpapar radiasi 5G.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/DBqfT4zP939/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://mvau.lt/media/ad03b544-8837-445b-b643-0eb6b630155f
- https://www.instagram.com/nurm4hmud4h/reel/DBrCYeBMx-D/
- https://www.reuters.com/article/fact-check/covid-19-vaccines-do-not-contain-graphene-oxide-idUSL1N2OZ14F/
- https://www.fda.gov/media/144637/download
- https://www.facebook.com/kristopher.columbus.37/posts/281984820322913
- https://observers.france24.com/en/science/20210811-covid-19-vaccine-graphene-videos-debunked
- https://www.facebook.com/kristopher.columbus.37/posts/281984820322913
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37866317/
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/2260/keliru-kandungan-grafena-oksida-dalam-vaksin-covid-19
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/2265/keliru-dokumen-rahasia-pfizer-ungkap-kandungan-grafena-oksida-dalam-vaksin-covid-19 /cdn-cgi/l/email-protection#dab9bfb1bcbbb1aebb9aaebfb7aab5f4b9b5f4b3be
Keliru, Klaim Angka 19 pada Nama COVID-19 Bermakna Artificial Intelligence
Sumber:Tanggal publish: 04/11/2024
Berita
Sebuah video beredar di Instagram [ arsip ] memuat klaim bahwa angka 19 pada nama penyakit Covid-19 punya artiartificial intelligenceatau kecerdasan buatan.
Video itu memperlihatkan Dharma Pongrekun yang kini menjadi calon Gubernur DKI Jakarta, menjadi pembicara dalam sebuah siniar ataupodcast. Dharma mengatakan kata Covid adalah singkatan daricertificate of vaccine identity digital. Sementara angka 19 dalam kata Covid-19, angka 1 mewakili huruf A dan sembilan menandakan huruf ke-19, yakni I. Sehingga angka 19 dalam nama Covid-19, sebenarnya adalah AI atauartificial intelligence.
Namun, benarkah angka 19 dalam kata Covid-19 berarti AI?
Hasil Cek Fakta
Video lengkap siniar tersebut bisa ditemukan di saluran YouTube Merry Riana ( arsip ), yang diunggah tanggal 30 Oktober 2024. Dalam siniar, Merry mewawancarai Dharma sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Dalam siniar itu, Dharma menyatakan ketidakpercayaannya pada keberadaan virus dan pandemi COVID-19. Dia mengklaim pandemi COVID-19 telah didesain elit global untuk mengintervensi bangsa Indonesia, dan masyarakat dianjurkannya tak khawatir virus akan mengganggu kesehatan mereka.
Namun, sesungguhnya penamaan COVID-19 berdasarkan nama virus dan tahun kemunculan virus tersebut. Menurut Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), virus tersebut pertama kali merebak di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada akhir tahun 2019. Sehingga saat itu, virus disebut sebagai “2019 novel coronavirus”. Kemudian nama virus dan penyakit yang ditimbulkannya mendapatkan namanya masing-masing.
Nama virusnyasevere acute respiratory syndrome coronavirus2 atau disingkat dengan SARS-CoV-2. Nama ini dipilih karena virus ini secara genetik terkait dengan virus corona yang bertanggung jawab atas wabah SARS pada tahun 2003.
Sedangkan penyakit yang disebabkan virus tersebut disebutcoronavirus disease(COVID) yang memiliki arti ‘penyakit dari virus Corona’. Dengan demikian, COVID-19 merupakan kependekan dari ‘CO’ merupakan singkatan dari ‘Corona’, ‘VI’ merupakan singkatan dari ‘virus’, ‘D’ merupakan singkatan Disease (penyakit), sedangkan ‘19’ merujuk pada ‘2019’.
Namun kemudian WHO menyebut virus itu dalam berbagai publikasi sebagai virus COVID-19, tanpa menyertakan SARS. Hal itu bertujuan menghindarkan masyarakat dari kepanikan berlebih dan kenangan pahit merebaknya wabah SARS pada tahun 2003, terutama di Asia yang menerima dampak paling parah.
Penamaan virus dilakukan sebuah lembaga internasional bernama Kelompok Studi Virus Korona dari Komite Internasional Taksonomi Virus (International Committee on Taxonomy of Viruses/ICTV). Mereka memberi nama untuk virus yang baru ditemukan, berdasarkan hirarki taksonomi alias pemeringkatan berbagai kelompok atau taksa, yang menjadi dasar klasifikasi organisme.
Mulanya penamaan SARS-Cov-2 menimbulkan pro-kontra di kalangan peneliti dan ahli kesehatan. Beberapa peneliti meminta lembaga tersebut mengubah nama SARS-Cov-2 sebab SARS adalah nama penyakit. Nama virus SARS-CoV-2 dapat menyiratkan bahwa ia menyebabkan SARS atau yang serupa, terutama bagi para ilmuwan yang tak mendalami virologi maupun publik. Argumen lain karena nama tersebut tidak konsisten dengan nama penyakit yang dipilih oleh WHO, COVID-2019. Secara ilmiah, urutan genom virus SARS-CoV-2 berbeda dari virus korona seperti SARS atau terkait SARS lainnya.
Sementara sejumlah pakar lainnya menganggap penamaan SARS-CoV-2 sudah tepat. Dalam artikel tanggapan mereka, Penggunaan SARS dalam penamaan SARS-CoV-2 tidak berasal dari nama penyakit SARS tetapi merupakan perluasan alami dari praktik taksonomi untuk virus dalam spesies SARS. Penggunaan SARS untuk virus dalam spesies ini, terutama mengacu pada hubungan taksonomi mereka dengan virus pendiri spesies ini, SARS-CoV. Dengan kata lain, virus dalam spesies ini dapat diberi nama SARS terlepas dari apakah virus tersebut menyebabkan penyakit seperti SARS atau tidak.
Hubungan antara nama patogen virus dan penyakit terkaitnya bersifat kompleks. Meskipun Komite Internasional Taksonomi Virus bertanggung jawab untuk menamai spesies virus, WHO bertanggung jawab untuk menamai penyakit yang disebabkan oleh virus yang baru muncul tersebut. Karena berbagai alasan, nama penyakit dan patogen virus penyebabnya dapat berbeda, seperti yang dicontohkan oleh sindrom imunodefisiensi (AIDS) dan virus imunodefisiensi manusia (HIV).
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan angka 19 dalam kata Covid-19 bermakna AI adalah klaimkeliru.
Covid adalah singkatan dari Coronavirus Disease dan 19 bermakna virus tersebut ditemukan pada tahun 2019.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/DBxtnJrp_BU/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://mvau.lt/media/bfbd69df-d8e2-428d-b037-76a73bcbff71
- https://www.youtube.com/watch?v=AgOx6XqPzbs
- https://megalodon.jp/2024-1101-1752-44/
- https://www.youtube.com:443/watch?v=AgOx6XqPzbs
- https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it
- https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7133598/#bib1
- https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7133598/#bib1 /cdn-cgi/l/email-protection#ef8c8a84898e849b8eaf9b8a829f80c18c80c1868b
Keliru, Klaim Video Menteri Luar Negeri Jerman Berkunjung ke Cina Tanpa Penyambutan
Sumber:Tanggal publish: 04/11/2024
Berita
Sebuah video pendek diunggah oleh akun media sosial ini [ arsip ] saat Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock turun dari pesawat di sebuah bandara. Tidak ada prosesi penyambutan terhadap Menlu di ujung tangga pesawat, hanya sejumlah fotografer yang berusaha mengabadikan momen tersebut.
Narasi yang disematkan pada video ialah Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock berkunjung ke Cina planga plongo di Bandara Beijing tidak nggak ada yang menyambutnya.
Benarkah Menlu Jerman berkunjung ke Cina tanpa penyambutan?
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa kunjungan Menteri Luar Negeri Jerman tersebut bukan ke Cina, melainkan ke Malaysia pada Januari 2024.
Akun Kementerian Luar Negeri Jerman di X pada 19 Januari 2024 mengunggah video yang identik dengan video yang beredar di media sosial. Postingan tersebut berbunyi: “....Nikmati ringkasan video kunjungan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock ke Asia Tenggara.”
Jenis pesawat, model dan warna baju yang digunakan Baerbock identik dengan video tersebut. Hal ini memperjelas bahwa keduanya direkam di lokasi yang sama dan pada waktu yang sama tetapi dari sudut yang berbeda.
Akun Instagram Kedutaan Besar Jerman Jakarta juga pernah mengunggah sejumlah foto Menlu Baerbock saat berkunjung ke tiga negara Asia Tenggara lainnya di sini. Dalam keterangannya menyebutkan bahwa Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengunjungi tiga negara Asia Tenggara pada 11-12 Januari untuk membahas isu-isu terkini dengan mitra-mitra politik di kawasan.
Melalui pertemuan dengan rekan sejawat di Malaysia, Singapura dan Filipina, Menlu Baerbock dapat berbagi tentang kunjungan terkininya ke Timur Tengah, lebih memahami perspektif Asia Tenggara terhadap perang yang berlangsung sekaligus menjabarkan posisi Jerman.
Media Jerman Deutsche Welle pada 16 Januari 2024 pernah memuat artikel berjudul Germany strikes balancing act in Southeast Asia dengan memasang foto Menlu Baerbock saat turun dari pesawat mengenakan baju yang sama sebagai foto utama. Keterangan foto menyebutkan; “Menteri Luar Negeri Jerman mengunjungi Malaysia setelah lawatannya ke Timur Tengah”.
Ketika Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock bertemu dengan mitranya dari Malaysia, Mohamad Hasan, di Kuala Lumpur pada tanggal 12 Januari 2024, ia sedang menjalani hari keenam perjalanan yang membawanya dari Timur Tengah ke Asia Tenggara, demikian tulis Deutsche Welle. Artikel ini memperkuat analisa bahwa Menlu Jerman di dalam video bukan berkunjung ke Cina tetapi ke Malaysia.
Dengan mengenakan busana yang sama, Menlu Jerman bertemu Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim seperti video yang diunggah akun YouTube Anwar Ibrahim ini. Mereka membahas isu-isu seperti ekonomi, pendidikan, sains dan teknologi, dan juga Palestina.
Dalam laporan kantor berita milik negara Rusia RIA Novosti, Kementerian Luar Negeri Jerman telah mengomentari video Baerbock yang tidak mendapat penyambutan di bandara itu.
"Videonya diklaim terjadi di India, disebutkan juga dari Cina. Ini juga tidak benar. Kita bicara soal pendaratan Menlu di Malaysia," kata Fischer saat pengarahan Kabinet Jerman, Senin.
Ia menjelaskan, akibat kesalahan tersebut, pihak yang menyambutnya diposisikan agak jauh dan Berbock harus berjalan beberapa langkah untuk dapat menyapanya. Kunjungan ke Malaysia berlangsung pada awal tahun. Menteri mengunjungi India minggu lalu.
Klaim tentang video ini sebelumnya pernah diperiksa oleh Reuters dan India Today (terjemahan google) pada 29 Oktober 2024.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan Tempo, klaim video Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock berkunjung ke Cina tanpa penyambutan adalahkeliru.
Video tersebut direkam di Bandara Kuala Lumpur di Malaysia pada tanggal 12 Januari 2024. Pesawat yang membawa Menlu Jerman parkir di posisi parkir yang berbeda dari yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan panitia penerima berada di tempat yang telah disepakati. Hal tersebut membuat Baerbock harus berjalan beberapa langkah hingga ke posisi penyambutan.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/DBrPUtJpUZr/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://mvau.lt/media/b634f661-0b97-4db4-b28c-e27877edd666
- https://x.com/GermanyInSEAsia/status/1748204995454132663
- https://www.instagram.com/germanembassyjkt/p/C2Q8LMnycDG/?img_index=5
- https://www.dw.com/en/germany-strikes-balancing-act-in-southeast-asia/a-68000565
- https://www.youtube.com/watch?v=1MI5TzCtrNw
- https://ria.ru/20241028/berbok-1980567314.html
- https://www.reuters.com/fact-check/fact-check-video-does-not-show-germanys-foreign-minister-being-snubbed-india-2024-10-31/
- https://www-indiatoday-in.translate.goog/fact-check/story/fact-check-german-foreign-minister-annalena-baerbock-not-formally-welcomed-at-delhi-airport-2625115-2024-10-29?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc&_x_tr_hist=true /cdn-cgi/l/email-protection#f497919f92959f8095b4809199849bda979bda9d90
[SALAH] Raja Thailand Larang Warganya ke Indonesia karena Banyak Teroris
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 04/11/2024
Berita
Akun Facebook ‘Ema Nompetus’ pada Sabtu (07/09/2024) membagikan foto [arsip] berupa tangkapan layar dengan narasi:
“Raja Thailand: Melarang Keras Warganya Untuk Berlibur Ke Indonesia, Karena Indonesia Markas Teroris”
“Raja Thailand: Melarang Keras Warganya Untuk Berlibur Ke Indonesia, Karena Indonesia Markas Teroris”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax), tidak ditemukan artikel dengan judul tersebut di Wolipop, tetapi gambar serupa tayang dalam artikel “Kontroversi Raja Thailand Saat Corona, Tidur di Hotel Mewah dengan 20 Selir” yang diunggah tahun 2020.
Artikel itu membahas Raja Thailand Maha Vajiralongkorn yang menuai kontroversi karena melakukan isolasi diri di hotel mewah di kawasan pegunungan Alpen, Jerman, bersama 20 selirnya selama pandemi COVID-19. Tidak ada narasi tentang Raja Thailand melarang warganya ke Indonesia karena banyak teroris.
Artikel itu membahas Raja Thailand Maha Vajiralongkorn yang menuai kontroversi karena melakukan isolasi diri di hotel mewah di kawasan pegunungan Alpen, Jerman, bersama 20 selirnya selama pandemi COVID-19. Tidak ada narasi tentang Raja Thailand melarang warganya ke Indonesia karena banyak teroris.
Kesimpulan
Unggahan dengan narasi “Raja Thailand melarang warganya ke Indonesia karena banyak teroris” merupakan konten yang dimanipulasi (manipulated content).
Rujukan
- http[Wolipop] Kontroversi Raja Thailand Saat Corona, Tidur di Hotel Mewah dengan 20 Selir
- https://wolipop.detik.com/entertainment-news/d-4958629/kontroversi-raja-thailand-saat-corona-tidur-di-hotel-mewah-dengan-20-selir
- https://www.facebook.com/ema.nompetus.1/posts/1304399143859415 (tautan asli unggahan akun Facebook “Ema Nompetus”)
- https://ghostarchive.org/archive/ek3Pg (arsip unggahan akun Facebook “Ema Nompetus”)
Halaman: 92/5969