Akun X “@PPQSI_” mengunggah video [arsip] pada Selasa (22/10/2024) disertai cuitan:
Yaman beraksi lagi, kali ini kapal tanker Inggris berisi segala keperluan untuk Israel kembali dirudal di Laut Merah.
Per Senin (4/11/2024) konten tersebut sudah menuai lebih dari 58 ribu tayangan dan diunggah ulang lebih dari 1.000 kali.
[SALAH] Yaman Merudal Kapal Milik Inggris di Laut Merah
Sumber: twitter.comTanggal publish: 04/11/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) pertama-tama menelusuri kebenaran klaim dengan memasukkan gambar ke mesin Google Lens. Hasilnya, diketahui video tersebut merupakan potongan dokumentasi unggahan kanal YouTube Sri Lanka Air Force berjudul “Latest video footage of the “X-PRESS PEARL”.
Isi video membahas kapal Xpress Pearl yang terbakar di lepas pantai Sri Lanka tahun 2021, bukan Laut Merah. Kebakaran disebabkan interaksi kimia dalam muatannya, termasuk bahan kimia peledak. Kapal tersebut hancur oleh api dan tenggelam di lepas pantai Sri Lanka.
Video dengan klaim “Yaman rudal kapal milik Inggris di Laut Merah” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
(Ditulis oleh Yudho Ardi)
Isi video membahas kapal Xpress Pearl yang terbakar di lepas pantai Sri Lanka tahun 2021, bukan Laut Merah. Kebakaran disebabkan interaksi kimia dalam muatannya, termasuk bahan kimia peledak. Kapal tersebut hancur oleh api dan tenggelam di lepas pantai Sri Lanka.
Video dengan klaim “Yaman rudal kapal milik Inggris di Laut Merah” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
(Ditulis oleh Yudho Ardi)
Kesimpulan
Faktanya, video yang beredar merupakan dokumentasi kapal Xpress Pearl yang terbakar di lepas pantai Sri Lanka tahun 2021.
Video dengan klaim “Yaman rudal kapal milik Inggris di Laut Merah” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
Video dengan klaim “Yaman rudal kapal milik Inggris di Laut Merah” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
Rujukan
Tidak Benar WHO Akui Mpox sebagai Efek Samping Vaksin Covid-19
Sumber:Tanggal publish: 04/11/2024
Berita
tirto.id - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) kembali menetapkan keadaan darurat terhadap wabah Mpox pada Agustus lalu. Selama 29 September – 12 Oktober 2024, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan tidak ada kasus konfirmasi Mpox baru di Indonesia. Sementara secara kumulatif, ada sekira 88 kasus yang tersebar di 6 provinsi dan semuanya telah dinyatakan sembuh.
Namun, baru-baru ini, muncul narasi di jagat maya yang mengaitkan Mpox dengan vaksin Covid-19. Akun Facebook dengan nama “Fernando Tambunan” salah satunya, menyebut kalau WHO mengakui Mpox sebagai efek samping vaksin messenger RNA/vaksin mRNA Covid-19.
Akun itu turut melampirkan tangkapan layar sebuah artikel dengan judul berbahasa Inggris, berbunyi “WHO Admits Monkeypox Is ‘Side Effect’ of Covid ‘Vaccine’”. Dalam unggahan itu, disebut bahwa pengakuan WHO terkubur dalam situs VigiAccess milik WHO.
“Situs web tersebut berisi basis data yang mencantumkan semua efek samping yang diketahui dari semua obat dan vaksin yang telah disetujui untuk penggunaan publik,” tulis akun pengunggah, Selasa (22/10/2024).
Lebih lanjut, akun itu juga menulis dalam takarirnya bahwa WHO mencantumkan “cacar monyet”, “cacar air”, dan “cacar sapi”, di bawah vaksin Covid-19 Pfizer BioNTech.
Meski hingga Senin (4/11/2024), unggahan ini tidak memperoleh impresi, narasi yang sama persis juga dibagikan oleh sejumlah akun Facebook lain, seperti ini dan ini. Ada pula akun Facebook yang menyebarkan klaim ini disertai tautan artikel Slay News dengan judul yang sama.
Lantas, bagaimana faktanya?
Namun, baru-baru ini, muncul narasi di jagat maya yang mengaitkan Mpox dengan vaksin Covid-19. Akun Facebook dengan nama “Fernando Tambunan” salah satunya, menyebut kalau WHO mengakui Mpox sebagai efek samping vaksin messenger RNA/vaksin mRNA Covid-19.
Akun itu turut melampirkan tangkapan layar sebuah artikel dengan judul berbahasa Inggris, berbunyi “WHO Admits Monkeypox Is ‘Side Effect’ of Covid ‘Vaccine’”. Dalam unggahan itu, disebut bahwa pengakuan WHO terkubur dalam situs VigiAccess milik WHO.
“Situs web tersebut berisi basis data yang mencantumkan semua efek samping yang diketahui dari semua obat dan vaksin yang telah disetujui untuk penggunaan publik,” tulis akun pengunggah, Selasa (22/10/2024).
Lebih lanjut, akun itu juga menulis dalam takarirnya bahwa WHO mencantumkan “cacar monyet”, “cacar air”, dan “cacar sapi”, di bawah vaksin Covid-19 Pfizer BioNTech.
Meski hingga Senin (4/11/2024), unggahan ini tidak memperoleh impresi, narasi yang sama persis juga dibagikan oleh sejumlah akun Facebook lain, seperti ini dan ini. Ada pula akun Facebook yang menyebarkan klaim ini disertai tautan artikel Slay News dengan judul yang sama.
Lantas, bagaimana faktanya?
Hasil Cek Fakta
Sebagai informasi awal, Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet atau Monkeypox, adalah penyakit zoonosis yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus dan penyebaran, seperti dilansir laman Kemenkes, ditemukan bahwa Mpox juga dapat menular antarmanusia, melalui kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh orang yang terinfeksi, serta melalui kontak dengan benda atau permukaan yang telah terkontaminasi oleh virus.
Gejala awal Mpox biasanya muncul dalam waktu 5 hingga 21 hari setelah terpapar virus. Gejalanya mencakup demam, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang berkembang secara bertahap.
Meski gejala Mpox pada umumnya bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendiri dalam beberapa minggu, pada beberapa kasus Mpox dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok rentan, termasuk anak-anak, ibu hamil, dan penderita gangguan sistem imun.
Untuk mengecek apakah Mpox adalah efek samping vaksin Covid-19, Tim Riset Tirto berusaha melakukan penelusuran Google dengan kata kunci seperti judul artikel yang beredar, yakni “WHO Admits Monkeypox is Side Effect of Covid Vaccine”.
Dari pencarian itu kami menemukan bahwa klaim ini telah dinyatakan tidak benar oleh beberapa lembaga pemeriksa fakta, salah satunya Reuters.
Artikel Slay News yang dikutip oleh unggahan Facebook, terbit pada 11 Oktober 2024 dan berisi narasi tentang cacar monyet, cacar, dan cacar sapi yang disebut tercantum dalam VigiAccess milik WHO. Hal itu ditunjukkan terpampang di bawah vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, sebagai bukti bahwa WHO telah mengakui infeksi ini merupakan efek samping dari produk tersebut.
Kendati begitu, tidak ada kasus Mpox, yang terdokumentasi, yang terbukti disebabkan oleh jenis vaksin apapun.
VigiAccess sendiri merupakan alat pencarian berbasis web milik WHO untuk mengakses basis data VigiBase, yang mencantumkan laporan reaksi obat yang merugikan dan kejadian buruk setelah imunisasi. Aduan itu dilaporkan oleh individu kepada otoritas kesehatan nasional mereka, yang selanjutnya dilaporkan ke Program Pemantauan Obat Internasional WHO (WHO PIDM).
Basis data yang dikelola oleh Pusat Pemantauan Uppsala (UMC)—sebuah yayasan nirlaba yang meneliti manfaat dan risiko produk obat, ini memang memperlihatkan enam laporan cacar monyet, lima laporan cacar sapi, dan 15 laporan cacar setelah menerima vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech.
Namun, juru bicara WHO mengatakan, data tersebut mencerminkan kemungkinan efek samping yang dilaporkan, bukan hubungan efek samping suatu produk yang dikonfirmasi.
“Informasi dalam VigiAccess tentang potensi efek samping tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa produk obat atau zat aktifnya menyebabkan efek yang diamati atau tidak aman untuk digunakan,” kata juru bicara WHO, seperti dinukil Reuters, Rabu (30/10/2024).
Juru bicara tersebut menambahkan bahwa hubungan sebab akibat adalah proses rumit yang memerlukan penilaian menyeluruh dan evaluasi terperinci dari keseluruhan data.
Menyoal situs Slay News, Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs ini sebagai situs yang memiliki kredibilitas rendah dan bias ekstrem sayap kanan. Situs Slay News disebut seringkali menyebarkan propaganda, konspirasi, pseudosains, dan konten-konten plagiat.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus dan penyebaran, seperti dilansir laman Kemenkes, ditemukan bahwa Mpox juga dapat menular antarmanusia, melalui kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh orang yang terinfeksi, serta melalui kontak dengan benda atau permukaan yang telah terkontaminasi oleh virus.
Gejala awal Mpox biasanya muncul dalam waktu 5 hingga 21 hari setelah terpapar virus. Gejalanya mencakup demam, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang berkembang secara bertahap.
Meski gejala Mpox pada umumnya bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendiri dalam beberapa minggu, pada beberapa kasus Mpox dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok rentan, termasuk anak-anak, ibu hamil, dan penderita gangguan sistem imun.
Untuk mengecek apakah Mpox adalah efek samping vaksin Covid-19, Tim Riset Tirto berusaha melakukan penelusuran Google dengan kata kunci seperti judul artikel yang beredar, yakni “WHO Admits Monkeypox is Side Effect of Covid Vaccine”.
Dari pencarian itu kami menemukan bahwa klaim ini telah dinyatakan tidak benar oleh beberapa lembaga pemeriksa fakta, salah satunya Reuters.
Artikel Slay News yang dikutip oleh unggahan Facebook, terbit pada 11 Oktober 2024 dan berisi narasi tentang cacar monyet, cacar, dan cacar sapi yang disebut tercantum dalam VigiAccess milik WHO. Hal itu ditunjukkan terpampang di bawah vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, sebagai bukti bahwa WHO telah mengakui infeksi ini merupakan efek samping dari produk tersebut.
Kendati begitu, tidak ada kasus Mpox, yang terdokumentasi, yang terbukti disebabkan oleh jenis vaksin apapun.
VigiAccess sendiri merupakan alat pencarian berbasis web milik WHO untuk mengakses basis data VigiBase, yang mencantumkan laporan reaksi obat yang merugikan dan kejadian buruk setelah imunisasi. Aduan itu dilaporkan oleh individu kepada otoritas kesehatan nasional mereka, yang selanjutnya dilaporkan ke Program Pemantauan Obat Internasional WHO (WHO PIDM).
Basis data yang dikelola oleh Pusat Pemantauan Uppsala (UMC)—sebuah yayasan nirlaba yang meneliti manfaat dan risiko produk obat, ini memang memperlihatkan enam laporan cacar monyet, lima laporan cacar sapi, dan 15 laporan cacar setelah menerima vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech.
Namun, juru bicara WHO mengatakan, data tersebut mencerminkan kemungkinan efek samping yang dilaporkan, bukan hubungan efek samping suatu produk yang dikonfirmasi.
“Informasi dalam VigiAccess tentang potensi efek samping tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa produk obat atau zat aktifnya menyebabkan efek yang diamati atau tidak aman untuk digunakan,” kata juru bicara WHO, seperti dinukil Reuters, Rabu (30/10/2024).
Juru bicara tersebut menambahkan bahwa hubungan sebab akibat adalah proses rumit yang memerlukan penilaian menyeluruh dan evaluasi terperinci dari keseluruhan data.
Menyoal situs Slay News, Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs ini sebagai situs yang memiliki kredibilitas rendah dan bias ekstrem sayap kanan. Situs Slay News disebut seringkali menyebarkan propaganda, konspirasi, pseudosains, dan konten-konten plagiat.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, unggahan media sosial yang mengutip artikel Slay News dan menyebut bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengakui Mpox sebagai efek samping vaksin Covid-19 bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Tidak ada kasus Mpox atau cacar sapi, yang terdokumentasi, yang terbukti disebabkan oleh jenis vaksin apapun. Juru bicara WHO mengatakan, data laporan kasus Mpox yang diterima pihaknya setelah menerima vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech mencerminkan kemungkinan efek samping yang dilaporkan, bukan hubungan efek samping suatu produk yang dikonfirmasi.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs Slay News sebagai situs yang memiliki kredibilitas rendah dan bias ekstrem sayap kanan. Situs ini disebut seringkali menyebarkan propaganda, konspirasi, pseudosains, dan konten-konten plagiat.
Tidak ada kasus Mpox atau cacar sapi, yang terdokumentasi, yang terbukti disebabkan oleh jenis vaksin apapun. Juru bicara WHO mengatakan, data laporan kasus Mpox yang diterima pihaknya setelah menerima vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech mencerminkan kemungkinan efek samping yang dilaporkan, bukan hubungan efek samping suatu produk yang dikonfirmasi.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs Slay News sebagai situs yang memiliki kredibilitas rendah dan bias ekstrem sayap kanan. Situs ini disebut seringkali menyebarkan propaganda, konspirasi, pseudosains, dan konten-konten plagiat.
Rujukan
- https://tirto.id/kembali-darurat-mewaspadai-peluang-mpox-sebagai-pandemi-baru-g21U
- https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-mpox/update-mpox-minggu-ke-42-dan-ke-43-2024-13-26-oktober-2024
- https://web.facebook.com/photo/?fbid=27885141334410652&set=a.413643285320494&_rdc=1&_rdr
- https://web.facebook.com/photo/?fbid=1190739658693195&set=a.107111450389360&_rdc=1&_rdr
- https://web.facebook.com/photo/?fbid=997897192353706&set=a.471129961697101&_rdc=1&_rdr
- https://web.facebook.com/bernadette.mcquitty.71/posts/pfbid0ZwdzhvmW5PjufAJQg3p2XPcW5vPshvWKPRwnKhNbthehuskGxXe8tYDojHVEuAuCl?_rdc=1&_rdr
- https://upk.kemkes.go.id/new/kenali-bahaya-dan-gejala-mpox
- https://www.reuters.com/fact-check/who-didnt-admit-monkeypox-is-side-effect-pfizers-covid-vaccine-2024-10-30/
- https://mediabiasfactcheck.com/slay-news-bias-and-credibility/
[HOAKS] Bantuan Dana Rp 2,5 Juta untuk Pemegang KIS
Sumber:Tanggal publish: 02/11/2024
Berita
KOMPAS.com - Pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) diklaim akan mendapatkan bantuan dana Rp 2,5 juta dari pemerintah.
Namun, berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi itu hoaks.
Informasi bantuan dana Rp 2,5 juta untuk pemegang KIS dibagikan oleh akun Facebook ini pada Sabtu (2/11/2024).
Berikut narasi yang dibagikan:
Bagi Yang Punya Kartu KIS Selamat Anda Akan Mendapatkan Bantuan Pemerintah Rp2.500.000.
Namun, berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi itu hoaks.
Informasi bantuan dana Rp 2,5 juta untuk pemegang KIS dibagikan oleh akun Facebook ini pada Sabtu (2/11/2024).
Berikut narasi yang dibagikan:
Bagi Yang Punya Kartu KIS Selamat Anda Akan Mendapatkan Bantuan Pemerintah Rp2.500.000.
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Kompas.com menghubungi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk memverifikasi informasi tersebut.
Kepala Humas BPJS Kesehatan, Rizzky Anugerah mengatakan, informasi tersebut hoaks dan merupakan modus penipuan.
"Tidak ada bantuan dan program seperti hal tersebut. Masyarakat agar berhati-hati terhadap penipuan mengatasnamakan BPJS Kesehatan," kata Rizzky kepada Kompas.com, Sabtu (2/11/2024).
Rizzky mengatakan, masyarakat dapat menghubungi saluran komunikasi resmi apabila memiliki pertanyaan atau keluhan terkait BPJS Kesehatan.
Saluran komunikasi resmi BPJS Kesehatan dapat diakses melalui:
Kepala Humas BPJS Kesehatan, Rizzky Anugerah mengatakan, informasi tersebut hoaks dan merupakan modus penipuan.
"Tidak ada bantuan dan program seperti hal tersebut. Masyarakat agar berhati-hati terhadap penipuan mengatasnamakan BPJS Kesehatan," kata Rizzky kepada Kompas.com, Sabtu (2/11/2024).
Rizzky mengatakan, masyarakat dapat menghubungi saluran komunikasi resmi apabila memiliki pertanyaan atau keluhan terkait BPJS Kesehatan.
Saluran komunikasi resmi BPJS Kesehatan dapat diakses melalui:
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi bantuan dana Rp 2,5 juta untuk pemegang KIS adalah hoaks.
Kepala Humas BPJS Kesehatan, Rizzky Anugerah mengatakan, informasi tersebut hoaks dan merupakan modus penipuan.
Kepala Humas BPJS Kesehatan, Rizzky Anugerah mengatakan, informasi tersebut hoaks dan merupakan modus penipuan.
Rujukan
Cek Fakta: Tidak Benar Dalam Video Ini Prabowo Berikan Bantuan Biaya Sekolah sampai Renovasi Rumah
Sumber:Tanggal publish: 04/11/2024
Berita
Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video Prabowo Subianto berikan bantuan biaya sekolah sampai renovasi rumah, informasi tersebut diungah salah satu aku Facebook, pada 1 November 2024.
Unggahan klaim video Prabowo Subianto memberikan bantuan biaya sekola sampai modal usaha menayangkan Prabowo Subianto sedang berbicara, berikut transkripnya.
"Tolong jawab dengan jujur ya saat ini kalian butuh apa? biaya sekolah, biaya kuliah, modal usaha, mau bayar hutang atau renovasi rumah, jika kalian membutuhkan salah satu yang tadi saya Sebutkan Segera hubungi saya segera Insya Allah saya bantu dengan syarat jangan digunakan untuk berfoya-foya."
Dalam video tersebut terdapat tulisan.
"semoga bermanfaata untuk masyarakat saya tercinta.
1. biaya sekola2. biaya kuliah 3. modal udsaha4. bayar hutang5. renovasi rumah"
Benarkah klaim video Prabowo Subianto berikan bantuan biaya sekolah sampai renovasi rumah? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim video Prabowo Subianto berikan bantuan biaya sekolah sampai renovasi rumah, dengan mengggunakan situs pendekteksi artificial intelligence (AI) hivemoderation.com, hasilnya 99,7% suara dalam video tersebut merupakan hasil AI.
Cek Fakta Liputan6.com melanjutkan penelusuran klaim video dengan menangkap layar video untuk dijadikan bahan penelusuran menggunakan Google Image.
Penelusuran mengarah ke berbagai situs, salah satunya akun YouTube resmi stasiun televisi Indosiar, akun YouTube tersebut mengunggah video berjudul "Luar Biasa!! Ini Dia Pidato Perdana Presiden Prabowo | Pelantikan Presiden & Wakil Presiden RI 2024" pada 20 Oktober 2024.
Video yang diunggah identik dengan klaim video, dalam video tersebut menayangkan Prabowo sedang berpidato saat pelantikan Prabowo sebagai Presiden.
Dalam pidato tersebut Prabowo tidak menyebut akan memberikan bantuan biaya sekolah sampai renovasi rumah.
Kesimpulan
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim video Prabowo Subianto berikan bantuan biaya sekolah sampai renovasi rumah tidak benar.
Video tersebut merupakan hasil modifikasi menggunakan AI dan dalam dalam pidato tersebut Prabowo tidak menyebut akan memberikan bantuan biaya sekolah sampai renovasi rumah.
Rujukan
Halaman: 93/5969