KOMPAS.com - Sebuah video beredar di media sosial dengan narasi yang mengeklaim Presiden Prabowo Subianto membagikan Rp 50 juta.
Namun setelah ditelusuri video tersebut merupakan hasil manipulasi.
Video yang mengeklaim Prabowo membagikan Rp 50 juta diunggah akun Instagram ini.
Dalam video itu, Prabowo seakan-akan mengatakan bahwa untuk mendapatkan uang tersebut warganet diminta mengambil tangkapan layar video sampai tulisan "50jt" terlihat sempurna.
Kemudian, warganet yang tertarik diminta menghubungi nomor ponsel yang tertera dalam unggahan. Berikut keterangan teks yang ditampilkan:
yang bisa Stop pas garis Bapak kirim 50Jt
Akun Instagram Tangkapan layar Instagram, video yang mengeklaim Prabowo membagikan Rp 50 juta
[HOAKS] Video Prabowo Bagi-bagikan Rp 50 Juta
Sumber:Tanggal publish: 06/01/2025
Berita
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Kompas.com melakukan penelusuran dengan terlebih dulu mencermati video. Saat diamati, gerakan wajah Prabowo dalam video terlihat kaku dan tidak sinkron dengan gerakan tubuhnya.
Selain itu, di akun Instagram resmi milik Prabowo tidak ada konten soal pembagian uang Rp 50 juta.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa video tersebut merekayasa foto Prabowo yang ada di laman Wikipedia.
Tim Cek Fakta Kompas.com kemudian mengecek video Prabowo menjanjikan Rp 50 juta menggunakan TrueMedia.
Hasilnya, wajah Prabowo dalam video secara subtansial merupakan hasil manipulasi artificial intelligence (AI).
Video yang mengeklaim Prabowo membagikan Rp 50 juta merupakan hasil manipulasi. Video tersebut merekayasa foto Prabowo yang ada di Wikipedia.
Setelah dicek menggunakan TrueMedia, video yang menampilkan Prabowo tersebut terdeteksi merupakan hasil rekayasa AI.
Selain itu, di akun Instagram resmi milik Prabowo tidak ada konten soal pembagian uang Rp 50 juta.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa video tersebut merekayasa foto Prabowo yang ada di laman Wikipedia.
Tim Cek Fakta Kompas.com kemudian mengecek video Prabowo menjanjikan Rp 50 juta menggunakan TrueMedia.
Hasilnya, wajah Prabowo dalam video secara subtansial merupakan hasil manipulasi artificial intelligence (AI).
Video yang mengeklaim Prabowo membagikan Rp 50 juta merupakan hasil manipulasi. Video tersebut merekayasa foto Prabowo yang ada di Wikipedia.
Setelah dicek menggunakan TrueMedia, video yang menampilkan Prabowo tersebut terdeteksi merupakan hasil rekayasa AI.
Rujukan
- https://www.instagram.com/p/DEKVWviz7pI/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=embed_video_watch_again
- https://www.instagram.com/prabowo/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Prabowo_Subianto
- https://detect.truemedia.org/media/analysis?id=xs_8QqZkXihsqA8OvsZJpXg7Myc.mp4&post=5kg95S3qaV2XQ4aojMqGOw==
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
[HOAKS] Poster Peringatan Penculikan Anak dari Polresta Sidoarjo
Sumber:Tanggal publish: 06/01/2025
Berita
KOMPAS.com - Di media sosial beredar unggahan berupa poster yang diklaim sebagai peringatan soal penculikan anak yang dikeluarkan Polresta Sidoarjo, Jawa Timur.
Dalam poster tersebut, masyarakat diimbau berhati-hati dengan modus pelaku penculikan yang berpura-pura menjadi seorang penjual, pengemis, ibu hamil, serta orang gila.
Namun, setelah ditelusuri narasi itu tidak benar. Poster tersebut bukan berasal dari Polresta Sidoarjo.
Poster peringatan soal penculikan anak yang diklaim dikeluarkan Polresta Sidoarjo muncul di media sosial pada Desember 2024. Salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini.
Dalam poster tersebut terdapat gambar seorang pria yang mengenakan seragam polisi.
Kemudian, terdapat imbauan terhadap masyarakat untuk berhati-hati karena banyak penculik anak yang berkeliaran di sekolah, perumahan dan kampung-kampung.
Dalam poster tersebut, masyarakat diimbau berhati-hati dengan modus pelaku penculikan yang berpura-pura menjadi seorang penjual, pengemis, ibu hamil, serta orang gila.
Namun, setelah ditelusuri narasi itu tidak benar. Poster tersebut bukan berasal dari Polresta Sidoarjo.
Poster peringatan soal penculikan anak yang diklaim dikeluarkan Polresta Sidoarjo muncul di media sosial pada Desember 2024. Salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini.
Dalam poster tersebut terdapat gambar seorang pria yang mengenakan seragam polisi.
Kemudian, terdapat imbauan terhadap masyarakat untuk berhati-hati karena banyak penculik anak yang berkeliaran di sekolah, perumahan dan kampung-kampung.
Hasil Cek Fakta
Ketika dikonfirmasi, Kasi Humas Polresta Sidoarjo Iptu Tri Novi Handono memastikan poster tersebut hoaks.
Menurut dia, Polresta Sidoarjo tidak pernah mengeluarkan poster seperti dalam unggahan yang beredar.
Novi menjelaksan, poster palsu itu sebelumnya telah beredar sejak 2019 saat Polresta Sidoarjo dipimpin oleh Kombes Pol. Zain Dwi Nugroho.
"Iya (itu hoaks). Ini sudah lama waktu Kapolresta Kombes Pol. Zain Dwi Nugroho," ujar Novi kepada Kompas.com, Jumat (3/1/2025).
Novi menjelaskan, saat ini tidak ada pengaduan dari masyarakat soal kasus penculikan anak di wilayah Sidoarjo.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk tidak terburu-buru menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya.
"Sebelum membagikan atau menyebarkan informasi, pastikan kebenarannya terlebih dahulu. Sebarkan hanya berita yang sudah diverifikasi dan dapat dipertanggungjawabkan," kata Novi.
Sebelumnya, pada 2019, melalui Instagram-nya Polresta Sidoarjo juga telah memastikan poster tersebut adalah hoaks.
"Selebaran yang beredar di medsos tentang dugaan aksi penculikan di wilayah Sidoarjo adalah hoaks. Masyarakat tidak perlu resah, polisi selalu bersama Anda" tulis Polresta Sidoarjo.
Menurut dia, Polresta Sidoarjo tidak pernah mengeluarkan poster seperti dalam unggahan yang beredar.
Novi menjelaksan, poster palsu itu sebelumnya telah beredar sejak 2019 saat Polresta Sidoarjo dipimpin oleh Kombes Pol. Zain Dwi Nugroho.
"Iya (itu hoaks). Ini sudah lama waktu Kapolresta Kombes Pol. Zain Dwi Nugroho," ujar Novi kepada Kompas.com, Jumat (3/1/2025).
Novi menjelaskan, saat ini tidak ada pengaduan dari masyarakat soal kasus penculikan anak di wilayah Sidoarjo.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk tidak terburu-buru menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya.
"Sebelum membagikan atau menyebarkan informasi, pastikan kebenarannya terlebih dahulu. Sebarkan hanya berita yang sudah diverifikasi dan dapat dipertanggungjawabkan," kata Novi.
Sebelumnya, pada 2019, melalui Instagram-nya Polresta Sidoarjo juga telah memastikan poster tersebut adalah hoaks.
"Selebaran yang beredar di medsos tentang dugaan aksi penculikan di wilayah Sidoarjo adalah hoaks. Masyarakat tidak perlu resah, polisi selalu bersama Anda" tulis Polresta Sidoarjo.
Kesimpulan
Poster peringatan penculikan anak yang diklaim dikeluarkan Polresta Sidoarjo tidak benar atau hoaks.
Polresta Sidoarjo tidak pernah mengeluarkan poster tersebut. Selain itu, saat ini tidak ada laporan soal penculikan anak di wilayah Sidoarjo.
Poster palsu itu telah beredar sejak 2019. Polresta Sidoarjo juga sudah menyatakan bahwa poster itu hoaks.
Polresta Sidoarjo tidak pernah mengeluarkan poster tersebut. Selain itu, saat ini tidak ada laporan soal penculikan anak di wilayah Sidoarjo.
Poster palsu itu telah beredar sejak 2019. Polresta Sidoarjo juga sudah menyatakan bahwa poster itu hoaks.
Rujukan
- https://www.facebook.com/share/p/1A18LdkwAg/
- https://www.facebook.com/share/p/1FdGNp2juK/
- https://www.facebook.com/share/p/1EdATSeVH8/
- https://www.facebook.com/share/p/19L7jAQNyf/
- https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1510237692999771&id=100020406642173&rdid=zMUoqIQugZ15tVoR
- https://www.instagram.com/polresta_sidoarjo/p/B5ZnzUKn5yc/
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
Cek Fakta: Hoaks Video Hasto Kristiyanto Menangis Setelah Jadi Tersangka KPK
Sumber:Tanggal publish: 06/01/2025
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menangis setelah menjadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 25 Desember 2024.
Dalam video berdurasi 45 detik itu, Hasto yang mengenakan setelan jas itu menangis dan memberikan keterangan di depan wartawan.
"Semoga diberikan keadilan atas praktik-praktik kekuasaan yang tidak benar. Kami semua menangis, para kiai menangis, Ibu Megawati menangis. Kami tidak menyangka ada orang yang menggunakan cara-cara seperti ini," kata Hasto dalam video tersebut.
Video itu kemudian dikaitkan dengan kabar Hasto menangis setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
"Hasto menangis, tersangka KPK
Seng sabar ya pak...mungkin ini kurma yang harus dilewati," tulis salah satu akun Facebook.
Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 429 kali ditonton dan mendapat 4 komentar dari warganet.
Benarkah dalam video itu Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menangis setelah jadi tersangka KPK? Berikut penelusurannya.
Ikuti Kuis Cek Fakta Liputan6.com di Aplikasi Youniverse dan menangkan saldo e-money jutaan rupiah.
Caranya mudah:
* Gabung ke Room Cek Fakta di aplikasi Youniverse
* Scroll tab ke samping, klik tab “Campaign”
* Klik Campaign “Kuis Cek Fakta”
* Klik “Check It Out” untuk mengikuti kuisnya
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menangis setelah jadi tersangka KPK. Hasil penelusuran, ditemukan video identik di situs berbagi video YouTube.
Video tersebut berjudul "Kembalikan Mandat, PDI-P Beri Pendampingan ke Azwar Anas" yang dimuat channel YouTube KOMPASTV pada 6 Januari 2024.
Berikut gambar tangkapan layarnya.
Dalam video tersebut, Hasto menangis saat menyampaikan pengunduran diri Azwar Anas dari calon wakil gubernur Jawa Timur pada pada Pilkada 2018.
Dikutip dari Liputan6.com, Hasto terlihat emosional saat menyampaikan pengunduran diri Azwar Anas di depan kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dia meneteskan air mata.
"Saya sudah laporkan kepada Ketua Umum (Megawati Soekarnoputri) terkait dengan Azwar Anas," tutur Hasto di Jalan Tengku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (6/1/2018).
Menurut Hasto, Azwar Anas telah menjadi korban politik hitam. PDIP, sambung dia, mengutuk keras pihak-pihak yang menyerang Abdullah Azwar Anas.
"Kami bisa memahami perasaan dari Azwar Anas. Kami mengutuk sekeras-kerasnya kepada pihak manapun yang melakukan kampanye hitam, sehingga benih-benih yang baik dipatahkan di tengah jalan," kata Hasto sambil mengusap air matanya, suaranya pun terbata-bata.
Hasto meyakini, ada kelompok tertentu yang tak siap menerima Azwar Anas berkompetisi dalam Pilkada Jawa Timur. Sebab, sambung Hasto, Azwar Anas dikenal sebagai pemimpin yang terus memperjuangkan kepentingan rakyat di Banyuwangi.
"Ia juga memimpin upaya kriminalisasi di wilayahnya, arena kebijakan yang diambil untuk kepentingan rakyat. Ia lebih memilih membela rakyat," tandas Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Kesimpulan
Video yang diklaim Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menangis setelah jadi tersangka KPK ternyata tidak benar. Faktanya, dalam video tersebut Hasto menangis saat mengumumkan Azwar Anas mundur dari calon wakil gubernur Jawa Timur pada Pilkada 2018 lalu.
Rujukan
Menyesatkan, Pendiri World Economic Forum Rancang Cyber Attack Pandemic sebagai Plandemi
Sumber:Tanggal publish: 06/01/2025
Berita
Sebuah video beredar di Instagram [ arsip ] yang memuat klaim pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Schwab merancang pandemi berikutnya melaluicyber attack pandemic.
Video itu memperlihatkan pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Schwab yang menjelaskan potensi masalah yang muncul, ketika terjadi serangan siber yang besar. Unggahan itu disertai tagar #plandemic. Plandemic adalah sebuah video teori konspirasi 26 menit yang dirilis pada Mei 2020 yang mempromosikan berbagai kepalsuan dan misinformasi terkait pandemi COVID-19.
Namun, benarkah Schwab membahascyber attack pandemicdan merupakan bagian dari plandemi?
Hasil Cek Fakta
Tempo menggunakan kata kunci dan mesin pencari Google untuk menemukan video asli yang menampilkan Schwab tersebut. Video itu adalah bagian dari acara Cyber Polygon 2020, yang video aslinya diunggah tanggal 24 Juli 2020.
Dalam acara itu, Schwab berbicara di sesi sambutan. Ia memperkirakan bila ada serangan siber besar-besaran, dampaknya akan sangat merugikan bagi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Dia mengatakan dampak buruknya bisa jauh lebih besar dibanding saat krisis Pandemi COVID-19. Hal itu ia gambarkan sebagai potensicyber pandemic atau pandemi dunia maya, yang hanya bisa dicegah dan ditangani secara kolaborasi.
Cyber Polygon dalam situsnya menjelaskan, bahwa mereka adalah lembaga pelatihan daring untuk keterampilan keamanan siber. Mereka menyediakan skenario kasus serangan siber untuk diselesaikan peserta pelatihan, misalnya pencurian data di sebuah perusahaan. Namun, sesungguhnya mereka tidak membahas perencanaan pandemi baru.
Dilansir Logicallyfacts.com, video yang sama pernah beredar tahun 2023 dengan narasicyber attack pandemicbagian dari agenda elit global untuk memasang ID biometrik digital. Narasi tersebut juga keliru.
WEF mempromosikan gagasan penggunaan ID digital untuk memberikan akses seseorang pada layanan keuangan, politik, sosial, dan lainnya, menurut Biometric Update pada bulan November 2021. Dalam laporan itu, WEF mengutip program identifikasi Aadhaar di India sebagai contoh. Artinya, gagasan itu bukan murni ide mereka sendiri. Selain itu, tidak ada bukti gagasan itu berkaitan dengan rumor plandemi.
Sejumlah narasi tentang adanya rencana membuat pandemi baru beredar di media sosial, namun telah terbukti hoaks. Misalnya yang telah ditelusuri Tempo, misalnya yang menyatakan pneumonia akan jadi rencana pandemi berikutnya dan program One Health bagian dari next plandemi 2025.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar menunjukkan cyber attack pandemicyang berkaitan dengan plandemic atau rencana pandemi baru adalah klaim yangmenyesatkan.
Pendiri WEF dalam video itu Klaus Schwab sedang membahas potensi serangan siber yang mungkin bisa mengganggu kehidupan masyarakat di berbagai aspek. Sehingga perlu kolaborasi untuk mencegah dan menghadapinya.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/DEWHz0XzmzU/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://mvau.lt/media/524434fd-2a39-42f0-b293-6e8f042b4364
- https://www.youtube.com/watch?v=EOvz1Flfrfw&list=PLLH6GxQM05JYJVjr9Vx4CDoEbwWJz0VI8&index=4
- https://cyberpolygon.com/about/
- https://www.logicallyfacts.com/en/fact-check/false-klaus-schwab-warned-of-a-global-cyber-attack-after-which-digital-biometric-ids-would-be-required-to-access-the-internet?fbclid=IwY2xjawHoHMdleHRuA2FlbQIxMAABHUphMem4pVai0kgw0TxwbkZchxJ-ZkNoFX9y5gniCIGQ4Xs4_OaSv0S-IA_aem_NV1BxE3ckBLBOPiDLaHbbA
- https://www.tempo.co/cekfakta/keliru-klaim-bahwa-pneumonia-akan-jadi-rencana-pandemi-berikutnya-350264
- https://www.tempo.co/cekfakta/keliru-klaim-video-one-health-bagian-dari-next-plandemi-2025-1186764 /cdn-cgi/l/email-protection#c7a4a2aca1a6acb3a687b3a2aab7a8e9a4a8e9aea3
Halaman: 94/6243